Raden Marsahala Gultom dan Peldi Benardo Gultom saat berada di ruang ajudan Bupati Taput mengadukan perihal anaknya yang bakalan tidak melanjut ke SMA akibat terganjal PPDB Online,Kamis (15/7/2021). PALAPA POS /Alponso Situmorang

Terganjal Sistem PPDB Online, Peldi Gultom Mengubur Mimpi Melanjut ke SMA

TAPANULI UTARA - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online yang mengacu Permendikbud no 44 tahun 2019 yang sudah terlaksana menyisakan kepiluan buat Peldi Benardo Gultom.

Pelajar asal SMP 2 Pangaribuan Tapanuli Utara tersebut harus mengubur impiannya melanjut ke jenjang SMA pasca tidak lulus dalam penerimaan peserta didik secara online tahun ajaran 2021/2022.

Tidak tahu harus mengadu kemana, satu yang pasti warga Desa Rahut Bosi dan orang tuanya Raden Marsahala Gultom dibenaknya hanya ada mengadu ke Bupati Tapanuli Utara.

Tanpa berpikir panjang, pria berusia 43 tahun beserta anaknya yang saat ini menginjak umur 14 tahun berangkat pukul 02.00 Wib dini hari dengan mengendarai sepeda motor, Kamis (15/7/2021).

Tiba di Tarutung sekitar pukul 04.00 Wib dini hari, keduanya tidak tahu menginap di mana karena tidak ada sanak saudara, dan memutuskan menginap di kaki lima rumah dinas bupati.

Pengakuan Raden Marsahala Gultom kepada palapapos.co.id, di ruang ajudan Bupati Taput setelah diarahkan Satpol PP menyebutkan terpaksa menempuh perjalanan menembus dinginnya malam hanya untuk mengadukan persoalan yang dialaminya.

Ayah dari 4 anak tersebut dengan kondisi lusuh mengungkapkan anaknya tidak diterima di SMA Negeri 1 Pangaribuan akibat buta sama sekali mekanisme pendaftaran online.

Terutama di daerahnya yang sangat minim jaringan sinyal internet membuat dia dan anaknya mempercayakan sepenuhnya pendaftaran anaknya ke panitia PPDB SMA 1 Pangaribuan.

"Saya tidak tahu lagi Amang kemana mengadu, anak saya tidak lulus ke SMA 1 Pangaribuan akibat ketidaktahuan kami menggunakan aplikasi pendaftaran online,"ucapnya dengan nada sedih.

Oleh karena itu, dia mempercayakan ke pihak sekolah agar mendaftarkan anaknya karena mereka buta sama sekali menggunakan aplikasi PPDB Online.

"Saat itu Pak Siregar Kepala Sekolah jumpa dan meminta salah satu guru marga Simatupang membantu mendaftarkan, kami tidak tahu jalur-jalur apa yang digunakan karena kami tidak mengerti, yang saya tahu bagaimana anak saya bisa melanjutkan sekolah,"ungkapnya.

Namun, tidak tahu apa penyebabnya, Raden menyebutkan anak ketiganya itu tidak lulus.

"Saya tidak tahu mau gimana lagi Amang, hanya satu-satunya sekolah SMA Negeri di Pangaribuan tidak ada sekolah SMA swasta, saya kejar ke negeri karena kami tidak mampu menyekolahkan dia ke luar daerah apalagi swasta,"ujar Raden yang kesehariannya sebagai petani.

Dengan tidak diterimanya anaknya di SMAN 1 Pangaribuan, Raden menegaskan terpaksa untuk tahun ini anaknya tidak akan bersekolah.

"Biarlah dia dulu ke sawah membantu kami, karena kami tidak mampu menyekolahkan dia baik ke swasta ataupun ke luar Pangaribuan,"ucapnya.

Terpisah, Kasek SMAN 1 Pangaribuan Charles Edy Siregar mengatakan pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa akibat sistem PPDB Online dikendalikan provinsi.

Selain itu, masa pendaftaran sudah usai dan seluruh siswa yang lulus pendaftaran sudah masuk sistem Dapodik ke provinsi.

"Daya tampung SMA 1 Pangaribuan hanys 324 orang, sementara peminat mencapai 400-an lebih, sistem bukan kami yang buat dan memang siswa maupun orang tua yang langsung mendaftarkan dirinya melalui aplikasi PPDB Online,"ungkapnya.

Terlebih lagi, seluruh lulusan SMP Pangaribuan mengejar untuk dapat diterima di SMAN 1 Pangaribuan.

"Hanya satu SMA Negeri di sini untuk menampung lulusan SMP, apalagi jumlah daya tampung kami sudah ditetapkan tidak bisa ditambah lagi, tidak ada yang bisa kami perbuat lagi agar Peldi diterima di sini, palingan tahun depan lagi dia mencoba atau sekolah di luar daerah ini,"pungkasnya.

Penulis : Alponso

Previous Post Farianda Bertekad Jadikan PWI ' Rumah Besar' Bagi Anggotanya
Next PostAlumnus Akper Taput Selain Magang ke Jepang dan Aktif Relawan Covid