BPODT Harap Pemprov dan Pemkab Rancang Event Tidak Bebani APBN/APBD
TAPANULI UTARA - Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) se-kawasan Danau Toba perlu duduk bersama untuk merancang event tanpa membenani APBN/APBD.
Hal ini dikatakan Direktur Pemasaran BPODT, Basar Taruna Simanjuntak, kepada palapapos.co.id, Senin (13/1/2020), terkait pernyataan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi meniadakan Festival Danau Toba (FDT) 2020.
“Khusus untuk Festival Danau Toba apalagi sudah dikatakan Pak Gubernur untuk ditiadakan 2020, saya pikir kita tak perlu berkecil hati. Saya harap perdebatan tidak berkepanjangan. Mundur selangkah untuk sesuatu yang lebih baik," Basar Taruna Simanjuntak.
Dia berharap, Pemprov dan Pemkab bisa mulai duduk bersama komunitas membicarakan FDT 2021.
“Kita rancang suatu FDT yang substain dan yang tidak membebani APBN/APBD. Tahun 2021 secara fisik akan banyak sekali perubahan signifikan di Pangururan dengan Waterfrontcity dan Tano Ponggolnya, Parapat dengan New Pantai Pelabuhan Bebas dan Pantas Atsari serta Balige dengan Pasar Balerong dan Lumban Pea, juga Tapanuli Utara dengan Kawasan Aerocity Silangit. Semua hal diatas adalah fisik, begitu gampang untuk menyiapkannya. Namun baik Pemerintah dan Komunitas serta masyarakat harus mengisi roh atau gerakan masyarakat pariwisata untuk mengisi beton beton itu," paparnya.
Selain itu, sebut Basar yang tugasnya membawahi event, sistem formal perencanaan dan pengembangan Pemprov dan Pemkab dinilai terlalu lambat merespon program dan keberpihakan Presiden Jokowi atau Pemerintah Pusat.
“Itu bisa dilihat kasat mata dari banyak daerah belum menempatkan pariwisata sebagai prioritas utamanya. Pariwisata masih biasa-biasa saja. Menjadikan pariwisata sebagai prioritas utama bukan berarti melupakan pertanian, pendidikan ataupun kesehatan, dimana itu semua basic yang harus dikerjakan," urainya.
Sehingga, dampak dari tidak prioritasnya pariwisata, tidak adanya alokasi maupun strategi baru. Di banyak daerah event dianggap beban dan hanya cost semata, dan tidak terukur hasilnya. Padahal event yang baik dapat mengangkat dan menjadi keunikan citra daerah tersebut.
Membuat suatu event yang baik dan berkelanjutan juga bukan suatu pekerjaan ringan. Beberapa event besar dan sukses dan mandiri itu setelah 5 tahun.
“Event yang berkelanjutan juga tidak bisa terus menerus membebani APBN/APBD. Solusi pembiayaan event yang berkelanjutan sangat bisa dilakukan berkolaborasi dengan bisnis atau swasta/non pemerintah," jelasnya.
Basar dalam kesempatan itu mengapresiasi Samosir yang 3 tahun berturut-turut sudah melaunching dan menjalankan Calendar Of Event nya dengan konsisten.
“Festival Sigalegale sudah layak kita angkat menjadi eventnya International Puppet Communities. Festival Gondang Naposo juga berpotensi untuk menjadi parade kolosal dan melibatkan Diaspora Batak di seluruh dunia. Dan terakhir jangan lupa festival di air, Solu Bolon bisa menjadi trademark-nya Lake Toba dengan segala sejarah kehidupannya sejak zaman dulu,” ungkapnya.
BOPDT sendiri sebut Basar dengan segala keterbatasan/ketiadaan wewenangnya berusaha ambil bagian. Diawalai tahun 2019 telah dilaunching 17 event, termasuk event-event kecil memang bagian dari ritual masyarakat setempat, ada di Desa Sihaporas dan Pematang Damanik, Simalungun.
Ada juga event Toba Caldera World Music International direncanaka berkelanjutan di lokasi baru di Bukit Singgolom, Kecamatan Tampahan Balige. Selanjutnya, event ini dirancang kedepan sebagai inisiator pengembangan wilayah Kecamatan Tampahan.
“Mimpinya Bukit Singgolom akan dijadikan menjadi rumahnya world music, yang punya komunitas di seluruh dunia. Rencananya tahun 2020 ini BOPDT akan melaunching 30 event termasuk beberapa event event sport," katanya.
Basar diakhir wawancaranya berharap pariwisata Danau Toba jadi tugas bersama. “Kiranya suasana sekarang bisa menumbuhkan energi positif kita bersama. Energi kita bisa untuk sesuatu yang jauh lebih besar. Lebih besar energi letusan Gunung Toba, Caldera of Kings, kalderanya para raja, kawahnya para champion, kita pasti bisa," pungkasnya.
Sebelumnya, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi memutuskan untuk tidak menggelar Festival Danau Toba (FDT) 2020.
Alasannya, festival tersebut dianggap tidak bermanfaat untuk mendatangkan wisatawan ke Danau Toba.
Edy pun mengusulkan untuk mengganti bentuk acara yang lebih bisa mendongkrak wisata di Danau Toba.
"Kita bentuk lain gantinya apa, bukan waktunya, bentuknya apa. Kayaknya kurang bermanfaat pesta itu," kata Edy kepada wartawan di Kantor Gubernur Sumut, Jalan Diponegoro, Kota Medan. (als)