Kepemimpinan Ade Puspitasari di DPD Partai Golkar Kota Bekasi Dipertanyakan
KOTA BEKASI - Sejak dipimpin oleh Ade Puspitasari, DPD Partai Golkar Kota Bekasi mengalami degradasi. Pasalnya, dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) periode 2024-2029 kemarin, partai berlambang pohon beringin tersebut hampir tidak memiliki sosok untuk di usung dalam momentum tersebut.
Selain itu, figur yang dipasang dan diusung oleh DPD Partai Golkar Kota Bekasi sebagai Calon Wali Kota Bekasi (Cawalkot) saat itu adalah mantan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Bekasi, Uu Saeful Mikdar. Entah apa yang dipikirkan oleh Ade Puspitasari sehingga mengusung ex Kadisdik yang notabene nya bukan sebagai kader partai.
Selain itu, pasca Rahmat Effendi tersandung kasus, Partai Golkar Kota Bekasi seperti kehilangan figur leader partai. Ade Puspitasari dinilai belum begitu cakap dalam menjalankan roda organisasi selama memimpin partai tersebut kurang lebih lima tahun ini.
Meski begitu suara partai Golkar ditingkat legislatif berhasil mendapatkan 8 kursi dan 205.229 suara, namun terpaksa harus menerima kekalahan pada Pilkada 2024 dengan perolehan suara paling kecil diantara calon kepala daerah yang lain yakni 64.509 atau 6.61 persen.
Saat dihubungi palapapos.co.id, Pengamat Politik Kota Bekasi, Ainur Rofiq menilai bahwa harus ada figur seperti Rahmat Effendi meski saat ini DPD Partai Golkar Kota Bekasi dipimpin oleh Ade Puspitasari sebagai anak kandung dari Rahmat Effendi.
"Pertama, mungkin memang tidak ada kader yang mumpuni kapasitasnya. Kedua, transaksional dimana kebutuhan keuangan partai yg mungkin berpengaruh pasca Rahmat Effendi terjerat kasus korupsi," ucapnya, Selasa, (27/5/2025).
"Ketiga, dari peta politik yang terjadi pasca pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg), dimana peta koalisi pun terjadi dinamika di level daerah," sambungnya.
Selain itu, pria yang juga sebagai akademisi tersebut mengungkapkan bahwa tidak menutup kemungkinan akan banyak kader, anggota, loyalis Partai Golkar Kota Bekasi yang siap berpaling dari partai tersebut.
"Yang terjadi kalau Golkar masih terikat dalam bayang-bayang orang atau kuasa, bukan tidak mungkin akan banyak yang keluar atau apatis terhadap organisasi itu sendiri," ungkapnya.
Ia pun berharap kepada para kader, anggota, loyalis Partai Golkar Kota Bekasi untuk lebih cermat dalam memilih pemimpin partai, supaya roda organisasi partai bisa terus berjalan sebagai mana mestinya.
"Kalau secara kursi legislatif masih besar. Jadi tinggal bagaimana mengemas dan menampilkan Golkar itu sendiri ke masyarakat," tukasnya. (Yud).