Ilustrasi. PALAPAPOS/Istimewa

Kemenpar Imbau Wisatawan Berhati-hati Saat Mendaki

JAKARTA - Kementerian Pariwisata mengimbau wisatawan minat khusus terutama para pendaki untuk berhati-hati dan lebih memperhatikan peraturan-peraturan yang dikeluarkan pengelola lokasi pendakian di Indonesia. 

"Kami mengimbau para wisatawan minat khusus atau pendaki untuk berhati-hati dan lebih memperhatikan peraturan yang dikeluarkan pengelola sejumlah lokasi pendakian di Indonesia," ujar Ketua Tim TCC (Tourism Crisis Center) Kemenpar Guntur Sakti di Jakarta, Kamis (10/1/2019).

Menurut dia, Hal ini terkait kondisi cuaca ekstrem yang melanda Indonesia belakangan ini. Ia menambahkan, curah hujan yang tinggi ditambah angin kencang membuat suhu di permukaan yang lebih tinggi tentu lebih dingin, termasuk di atas gunung dan jalur pendakian, sehingga hipotermia menjadi salah satu hal yang bisa dialami pendaki. 

Berdasarkan laporan yang diterima Tim TCC (Tourism Crisis Center) Kemenpar, beberapa wisatawan minat khusus mengalami hipotermia di beberapa gunung yang menjadi favorit wisatawan mendaki, seperti Gunung Semeru dan Gunung Slamet. 

Hipotermia merupakan kondisi yang mana suhu tubuh menurun sampai di bawah 37 derajat celcius yang menjadi suhu tubuh normal manusia. Selain hipotermia, jalur pendakian yang licin juga bisa menjadi salah satu tantangan saat melakukan pendakian di cuaca ekstrem.

Menurut Guntur, memperhatikan secara penuh arahan pengelola menjadi hal utama yang harus dilakukan wisatawan minat khusus. Selain itu juga melakukan persiapan yang baik dan matang atas segala kebutuhan yang diperlukan untuk melakukan pendakian, mulai dari logistik, peralatan dan perlengkapan mendaki. "Juga perhatikan karakter jalur dan trek jalur pendakian yang akan didaki," bebernya. 

Namun Guntur memastikan hingga saat ini tidak ada wisatawan minat khusus yang mengalami kendala serius. Kemenpar melalui Tim TCC Kemenpar juga akan terus memantau lokasi-lokasi pendakian yang menjadi favorit wisatawan. 

"Tentunya kami juga terus berkoordinasi dengan kementerian atau lembaga dan pihak-pihak terkait lainnya untuk sama-sama memantau perkembangan jalur pendakian di Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui bersama, Indonesia memiliki daya tarik wisata alam yang sangat tinggi. Keindahan puncak gunung serta landscape yang ada di bawahnya selalu menarik wisatawan baik nusantara ataupun mancanegara untuk berkunjung," ujarnya. 

Menurut Guntur, berwisata saat ini identik dengan kebutuhan untuk diakui dan menyenangi berwisata yang terkadang ekstrem dan berbeda. Meskipun begitu, para wisatawan harus tetap memenuhi aspek-aspek baik keamanan, fisik dan keselamatan.

Sejumlah Balai Taman Nasional yang mengelola jalur pendakian di Indonesia juga sudah mengeluarkan edaran mulai dari waspada cuaca ekstrem ataupun penutupan terkait pemulihan ekosistem dengan tenggat waktu yang berbeda. "Wisatawan atau pendaki diharapkan untuk mematuhi peratuan tersebut," kata Guntur yang juga menjabat Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar.

Saat ini, lima gunung ditutup untuk aktivitas pendakian. Jalur Pendakian Gunung Merbabu, Jawa Tengah, ditutup mulai Minggu (30/12) hingga waktu yang belum ditentukan. Jalur pendakian Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat ditutup selama tiga bulan, mulai 1 Januari 2019 sampai 31 Maret 2019. 

Jalur pendakian Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat, ditutup mulai Selasa (1/1) hingga batas waktu yang belum ditentukan. Jalur pendakian Gunung Prau akan ditutup selama tiga bulan, mulai dari 6 Januari hingga 5 April 2019. Sementara itu, Gunung Semeru di Jawa Timur ditutup secara total mulai 3 Januari 2019 sampai dengan pemberitahuan selanjutnya. (ant)

Previous Post Aceh Bangun Digitalisasi Transportasi Publik
Next PostWali Kota Tebing Tinggi Resmikan Pasar Kecamatan Rambutan