
Sejumlah spanduk yang dipajang di kawaaan Terminal Ajibata bernada protes, terlihat dipampangkan bersama sejumlah foto tokoh nasional dan foto Bupati Tobasa Darwin Siagian "Jangan Tutup Mata". PALAPAPOS/Jes Sihotang
SEPAKAT Protes Bupati Tobasa Terkait Realisasi 15 Kios di Ajibata
TOBASA - Seiring dengan progres pembangunan dan revitalisasi secara total kawasan dermaga (pelabuhan), terminal dan area lainnya di Kecamatan Ajibata, ternyata justru berdampak ‘buruk’ bagi warga kususnya pemilik kios yang berada disekitar pembangunan tersebut.
Pasalnya, dari kucuran APBN Rp24.7 miliar untuk pembangunan terminal dan pengembangan dermaga KMP Fery Ihan Batak hanya 15 kios yang terealisasi, sementara jumlah pedagang disana 35 Kios Warga setempat.
"Tentu kami protes, dan hal inilah membuat para pedagang yang mengatasnamakan Serikat Pedagang Kecil Kecamatan Ajibata (SEPAKAT) memajang sejumlah spanduk bernada ‘protes’ terkait realisasi pembangunan ke 35 kios untuk usaha dagang mereka," terang salah seorang pemilik kios bermarga Sirait.
Ia mengatakan, bahwa mereka senang dengan pembangunan kawasan Ajibata ini, namun jika kios-kios tempat usaha dagang tidak terelisasi tentunya akan memberatkan perekonomian para pedagang.
"Bagaimana itu?. Kios ini kan 35 Unit, selama ini kami bayar retribusi sebagai PAD untuk Tobasa dan dikutip Kepala Perpas Ajibata, maka jika yang dibangun/fasilitasi hanya 15 kios saja, kemanalah kami yang 20 lagi menggantungkan nasib, padahal kami berusaha dan mencari nafkah dari sini," ujarnya lirih.
Sirait juga menceritakan bahwa pada Minggu (21/7/2019), ia membuat pertemuan di Terminal Ajibata dan dihadiri semua para pemilik kios, dan membicarakan pembentukan sebuah Forum yang kelak menjadi payung bagi para pemilik kios dan Rapat itu difasilitasi BPD Desa Pardamean Ajibata.
"Selanjutnya Forum itu, kami sebut Forum Komunikasi Peduli Masyarakat Ajibata (FKPMA) dan akan segera memperjuangkan pembangunan 46 kios disayap kiri dan kanan demi kepentingan masyarakat sekitar pelabuhan/dermaga dan terminal Ajibata," tegasnya.
Selain itu, salah seorang warga setempat, Manurung juga mengkritisi pembangunan Rumah Ibadah yang dianggarkan pusat sebesar Rp213.709.000 untuk Masjid dan jika begitu bangun jugalah ruang doa untuk yang beragama Kristiani.
Forum juga direncanakan akan memperjuangkan putra daerah untuk ditempatkan sebagai ‘pekerja’ disana. Adapun peserta rappat warga pemilik kios diantaranya, Asi Sirait, Osborn Siallagan, Candro Manurung,Panius Pakpahan, Irwan Sirait, Franson Gurning, Rensius Pakpahan, Moriga Sirait, Andi Sirait, Candra Manurung, Heiko Manurung, Paruhum Manurung, A. Pendro Sirait, Op Agape Sidabutar, Hendri Sirait, Maraden Manurung, Mery Sirait, Darwin Siliotonga, Iva Sirait Buana Sitio dan Kepala Desa Irma Sirait.
Gonjang-ganjing realisasi pembangunan 35 Kios untuk kebutuhan warga itu ternyata sudah sejak lama dibicarakan, termasuk disaat ‘SEPAKAT’ ikut serta dalam rapat sosialisasi tangal 16 Oktober 2017 silam bersama Pemkab Tobasa di kantor Camat Ajiata.
Lalu ikut lagi dalam rapat dengar pendapat di DPRD Tobasa pada tanggal 14 Maret 2018 di Balige Tobasa , selanjutnya digiring lagi rapat di Rumah Dinas Bupati Tobasa Darwin Siagian pada tanggal 21 Maret 2018 dan pada intinya dalam semua rapat dan pertemuan itu adalah, bahwa kami sebagai pemilik 35 kios di Ajibata, akan dibangun sesuai relokasi kios-kios warga tersebut.
Perihal Masjid tidak ada kesepakatan, tetapi sebuah musala disekitar dermaga itu. "Ternyata dengan adanya pembangunan tahap I dan II dan berikutnya nanti Tahap III, kami justru dibohongi dan malahan 20 kios kami akan hilang, karena mereka hanya realisasikan 15 kios, itupun tak tahu kita entah siapa-siapa saja pemilik kios itu nantinya," tandas Manurungn. (jes)