
Manajer Community Development (CD) PT TPL, Ramida Siringoringo, Camat, Kades dan perwakilan warga diabadikan di jembatan baru yang dibangun PT TPL. PALAPA POS/JESSIHO
PT TPL Bangun Jembatan Mandosi Sepanjang 16 Meter
TOBASA – PT Toba Pulp Lestari (TPL) membangun sebuah jembatan penghubung dengan panjang sekitar 16 meter dengan lebar 1,2 meter yang membelah (melintangi) sungai Aek Mandosi di Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Tobasa, Sumut.
Hal ini dilakukan PT TPL untuk mendukung roda perekonomian masyarakat sekaligus membantu pemerintah setempat.
“Sebelumnya PT TPL juga telah memperbaiki jembatan di desa Siantar Utara (Siruar) yang memiliki panjang 82 meter dan lebar 4 meter yang menelan biaya Rp 141.000.000,” kata Management PT TPL, Tagor Manik, Selasa (4/12/2018).
Maka wajar senyum bahagia tergurat di wajah para petani desa Lumban Manurung, Kecamatan Parmaksian, karena jembatan dengan panjang 16 meter dan lebar 1,2 meter yang melewati sungai Aek Mandosi telah berdiri megah.
“Selain itu, jembatan itu memperpendek jarak tempuh dari rumah sampai ke perladangan warga setempat termasuk membantu meringankan transportasi dengan kehadiran bangunan infrastruktur jembatan tersebut,” kata W. Manurung (55) sembari mengabadikan fotonya di jembatan baru itu.
Jauh sebelum jembatan ini dibangun oleh pihak PT TPL, selama ini para petani harus memutar dan menempuh jarak sejauh 200 meter baik bagi para pengguna roda dua apalagi petani dan warga yang berjalan kaki melalui jembatan Aek Mandosi IV untuk menuju perladangan mereka dan harus lintas sungai Aek Mandosi.
“Nah, dengan diberikannya bantyun bangunan jembatan ini maka warga kita kini lebih mudah dan diperkirakan hanya memakan waktu 20 menit saja penduduk kita itu sudah tiba di perladangan masing-masing,” kata Kepala Desa (Kades) Lumban Manurung, Hasoloan Sitorus.
Hasoloan menambahkan warga sangat terbantu karena perusahaan mendukung percepatan peningkatan ekonomi dengan kemudahan para petani menuju sawahnya.
“Terimakasih kepada PT TPL yang telah meringankan langkah para petani. Biasanya para petani harus berputar jauh sebanyak empat kali dalam satu hari. Perjalanan yang pertama di pagi hari adalah petani dari rumahnya menuju ladangnya, lalu yang kedua para petani pulang dari ladangnya ke rumah untuk beristirahat menikmati makan siang. Kemudian di siang hari, para petani kembali ke ladangnya dari rumah dan di sore hari mereka kembali dari ladangnya untuk pulang ke rumah,” ujar Hasoloan.
Sementara itu, Camat Parmaksian, Paiman Butarbutar, berpesan kepada warga desa Lumban Manurung agar menjaga dan merawat jembatan yang sangat bermanfaat bagi para petani.
“Kami apresiasi niat baik dan kepedulian perusahaan terhadap warga desa Lumban Manurung, khususnya para petani untuk bisa berjalan menuju ladangnya. Warga harus menjaga dan rawat jembatan ini. Warga sebaiknya bergotong royong membersihkan jembatan ini setiap minggunya,” kata Camat.
Secara kusus, Manajer Community Development (CD) PT TPL, Ramida Siringoringo mengatakan, perusahaan memperhatikan infrasturktur yang dibutuhkan warga dan para petani untuk meningkatkan produktivitas lahan produktif di desa Lumban Manurung.
“Tujuan utama pembangunan jembatan ini adalah memberikan akses kepada para petani untuk beraktivitas di sawah juga mengangkut hasil pertanian. Ini perwujudan kepedulian PT TPL terhadap sektor pertanian di sekitar wilayah operasional perusahaan dengan membangun akses transportasi yang baik bagi para petani,” kata Ramida. (jes)