
Ketua Dekranasda Taput Satika Simamora bersama petenun lansia di Taput dalam acara Festival Tenun Nusantara di Tarutung. PALAPAPOS/Hengki Tobing
Dekranasda Taput Dorong Revitalisasi Tenun Demi Penuhi Permintaan Pasar
TAPANULI UTARA - Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, penggunaan tenunan ulos mengalami metamorfosa. Dari yang sebelumnya lazim dipakai untuk kegiatan adat, kini bertansformasi masuk dunia fashion. Belum diketahui pasti, bagaimana dan siapa yang pertama sekali membawa tenunan khas Batak ini menyasar ke dunia mode.
Namun yang pasti, dalam kurun waktu yang bersamaan, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Tapanuli Utara (Taput) tak henti–hentinya membina petenun, memberikan bantun, mempromosikan dan terlibat dalam memasarkan hasil produksi pengrajin.
“Petenun ulos di Taput ini mencapai ribuan jiwa. Kalau hanya digunakan untuk adat, bagaimana mungkin hasil kerajinan penenun bisa cepat laku. Karena pakaian tenunan untuk adat itu bertahan lama. Namun, dengan masuk ke busana sehari-hari, permintaan pasar akan naik dan tenunan pengrajin akan cepat laku dan tentunya akan membuat peningkatan perekonomian pengrajin kita,” kata Ketua Dekranasda Taput Satika Simamora dalam beberapa kesempatan pada saat acara yang berkaitan dengan kerajinan tenun.
Untuk menerapkan itu, di tahun pertama dan kedua menjabat sebagai Ketua Dekranasda Taput, Satika melakukan pembinaan kepada sejumlah petenun untuk beralih dari benang putar ke benang seratus.
Menurutnya, dengan benang seratus yang lebih lembut, maka tenunan ulos lebih nyaman saat dipakai. Tidak hanya itu, dengan bahan yang lebih lembut, ditambah promosi gencar-gencaran, perlahan demi perlahan harga jual tenun ulos di pasar mengalami peningkatan hingga berimplikasi dengan peningkatan keuntungan yang diterima pengrajin itu sendiri.
Bantuan dan Pelatihan Merevitalisasi tenun ulos yang dilakukan Dekranasda Taput tidak berhenti sampai disitu. Di tahun 2018 ini, Dekranasda mendorong pengggunaan benang dengan pewarna alami. Tercatat, ada sejumlah pelatihan pewarnaan alami yang dilakukan kepada para pengrajin tenun.
“Pengrajin harus pahami bahwa pangsa pasar tidak melulu suka dengan tenun dengan warnanya yang ngejreng. Namun juga warna yang lebih soft dan itu bisa dilakukan dengan benang dengan pewarnaan alami. Karena itulah, kita melatih petenun membuat pewarna alami karena adanya permintaan pasar dengan tenun dengan pewarna alami tersebut,” kata Satika.
Untuk mewujudkan keinginannya itu, Dekranasda Taput melakukan pelatihan-pelatihan kepada petenun yang ada di daerah tersebut. Tercatat, ada pelatihan pewarnaan alami di Muara. Selain itu, dari anggaran hibah yang diterima dari Pemkab Taput, Dekranasda Taput juga membawa para pengrajin termasuk petenun, kunjungan studi ke pengrajin di Yogyakarta.
Tidak hanya itu, Dekranasda Taput juga memberikan bantuan benang kepada sebanyak 1.632 petenun yang ada di daerah itu. Hal itu sesuai dengan permintaan petenun untuk mendapat bantuan dari Dekranasda Taput.
Dekrasnada Promosikan dan Terlibat Pemasaran Tenun Ulos Tidak cukup membuat pelatihan dan memberikan bantuan, Dekranasda Taput juga terus mempromosikan produk–produk kerajinan tangan karya pengrajin dari daerahnya tersebut. Salah satunya adalah tenunan ulos.
Dekranasda Taput selalu mempromosikan produk kerajinan di berbagai pameran yang diikuti. Untuk tahun 2018, ada sejumlah pameran yang diikuti Dekranada Taput, diantaranya seperti Indonesia Fashion Week, pameran di Inacraft, pameran di Asian Games di Jakarta, Kriyanusa, Gebyar Kerajinan di kota Medan, hingga melakukan kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menjadikan Taput sebagai tuan tumah dari pelaksanana Festinal Tenun Nusantara 2018 yang dilaksanakan di dua titik yakni di Tarutung dan Muara pada Oktober 2018 lalu.
Di setiap kesempatan pameran tersebut, tenunan ulos dan produk-produk kerajinan tangan milik pengrajin selalu ramai terjual. Informasi yang diperoleh, Dekranasda Taput dapat memfasilitasi terjualnya produk-produk kerajinan dengan angka transaksi bernilai ratusan juta rupiah.
Harga Jual Tenun Meningkat, Untung Petenun Berlipat Pelatihan, pembinaan dan promosi gencar-gencaran yang dilakukan Dekranasda Taput ternyata berimbas baik terhadap petenun itu sendiri. Harga jual tenun ulos meningkat. Untung petenun pun berlipat dibandingkan sebelumnya.
Salah seorang pengrajin tenun di Pulau Sibandang, Erison Siregar kepada palapapos.co.id saat diwawancarai baru-baru ini mengatakan, awalnya petenun di Pulau Sibandang, enggan beralih dari penggunaan benang putar ke benang seratus.
Namun, sambungnya, karena arahan dan pembinaan yang dilakukan Ketua Deksranasda Taput Satika Simamora, perlahan demi perlahan, satu- persatu petenun pun akhirnya mau menggunakan benang seratus.
“Dengan menggunakan benang putar, biasanya kami menjual tenunan untuk 1 stel pakaian seharga Rp.450 ribu. Dengan benang seratus dapat kami jual Rp950 ribu. Padahal perbedaan biaya produksi antara benang putar dan benang seratus hanya sekitar Rp50 ribu untuk tenunan satu stelan pakaian. Intinya, keuntungan menjadi berlipat dibandingkan sebelumnya. Dan kami berterima kasih kepada Ketua Dekranasda yang telah melakukan pembinaan,” kata Erison.
Senada dengan Erison, pengrajin lainnya Maria Sinaga mengakui adanya peningkatan harga tenunan ulos dalam kurun 2-3 tahun terakhir ini. Disebutkannya, ia bahkan pernah menjual tenunan ulos dengan harga yang ia tidak pernah pikirkan sebelumnya.
“Saya pernah menjual sebuah tenunan ulos dengan harga puluhan juta rupiah. Memang, tenunan ulos itu adalah seni. Dan seni juga tidak ternilai harganya. Tapi, menjual tenunan ulos dengan harga puluhan juta itu tidak pernah saya bayangkan sebelumnya,” ucapnya.
Ia menceritakan, terjualnya tenunan ulos itu dengan harga senilai puluhan juta rupiah tersebut berawal saat mengikuti pameran di Jakarta. “Beberapa setelah pameran itu, pengunjung yang melihat ulos di pameran akhirnya memesan. Dan jadilah tenunan ulos terjual dengan nilai sebesar itu,” ujarnya.
Masih kata Maria, selaku pengrajin, ia juga sangat berterima kasih kepada Ketua Dekranada Taput, Satika Simamora yang telah menunjukkan kepeduliaannya untu kemajuan daripada para pengrajin khususnya petenun. Tidak hanya melakukan pembinaan, pelatihan dan juga memberikan bantuan kepada petenun.
“Namun tenun pengrajin juga di promosikan. Bahkan tidak jarang, ibu Satika Simamora juga membawa pembeli ke petenun. Dan biasanya pembeli yang diajaknya itu, akan membeli tenunan dengan harga yang membuat petenun bisa untung berlipat,” terangnya.
Maria mengatakan, di era Satika Simamora, nama Dekranasda Taput pun semakin akrab bagi para pengrajin yang ada di daerah itu. “Sebelumnya, Dekranasda itu tidak seakrab seperti sekarang ini bagi para pengrajin khususnya para petenun,” ungkapnya.
Terakhir, Maria mengungkapkan, hal yang menjadi keinginan Ketua Dekranasda Taput kedepannya, yakni agar pembinaan dan pelatihan yang dilakukan tidak lagi hanya untuk peningkatan kualitas tenun dan juga peningkatan harga jual tenun itu sendiri.
“Namun melalui pelatihan pencelupan benang untuk pembuatan warna alami, Taput juga dapat memproduksi benang dengan pewarna alami. Kalau bisa, benang tersebut jangan hanya untuk digunakan petenun itu sendiri. Namun juga dapat menjual benang dengan pewarnaan alami tersebut ke luar daerah. Makanya pelatihan–pelatihan pencelupan benang telah beberapa kali dilakukan,” katanya. (adv)