
Warga yang terdampak proyek preservasi pelebaran jalan Dolok Sanggul-Siborongborong terlihat kesal. PALAPAPOS/Andi Siregar
Warga Kecam Kontraktor Proyek Preservasi Pelebaran Dolok Sanggul-Siborongborong
DOLOK SANGGUL - Terkait proyek preservasi pelebaran jalan lintas sumatera (Jalinsum), Dolok Sanggul-Siborongborong, warga Desa Dolok Margu, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara, mengecam kontraktor yang terkesan melakukan pekerjaan yang asal jadi pada pembuatan saluran drainase.
Pasalnya, proyek berbiaya Rp19 miliar yang sudah selesai dikerjakan pada akhir tahun 2018 itu, justru meninggalkan beban kepada masyarakat yang terdampak proyek tersebut.
Jueden Silaban, warga yang terdampak proyek, kepada wartawan, Selasa (19/3/2019) mengaku kesal dan mengecam pihak kontraktor dan pelaksana proyek preservasi pelebaran Jalan Dolok Sanggul-Siborongborong.
Menurutnya, dalam pembuatan sambungan saluran drainase proyek diatas, pihak kontraktor malah tidak bertanggungjawab untuk memperbaiki pembongkaran atas penggalian sambungan saluran drainase, sehingga akibat dari pekerjaan itu sejumlah warga terkendala untuk akses ke rumah.
Ditambahkannya, sebelum dilakukan penggalian pada sambungan drainase, akses ke rumah sangat lancar. Pasalnya, diatas saluran drainase yang lama, pihaknya membuat plat beton permanen. Namun untuk penggalian sambungan drainase, plat beton tadi dibongkar kontraktor dengan alasan akan diganti yang baru.
“Kita bersama warga lainnya yang terdampak proyek ini, sangat kesal dan mengecam pihak kontraktor PT Balerang Konstruksi. Sebab hingga saat ini, pihak kontraktor tidak ada niat baik untuk melakukan perbaikan atas apa yang telah dibongkar pada pembuatan sambungan saluran drainase,” ujarnya.
Atas situasi ini, tambahnya, ia akan melaporkan dan meyurati pihak pemerintah melalui Kementerian PUPR, BBPJN Wilayah II Medan, Bupati Humbahas, Dinas PUPR serta pihak kontraktor. “Kita sedang tidak main-main dan gertak sambal. Kita serius menyikapi ini. Sebab kita sudah dirugikan pihak kontraktor,” ujarnya.
Senada juga disampaikan warga lainnya, Oberlin Sinaga mengaku sudah tidak sabar atas perlakuan pihak kontraktor yang terkesan mengelabui warga.
“Sebelum dilakukan penggalian pada sambungan drainase, pihak kontraktor berjanji akan melakukan perbaikan atas apa yang telah dibongkar. Namun hingga saat ini, perbaikan dimaksud tak kunjung nampak. Kita malah kewalahan untuk akses kerumah. Ini sangat kita sesalkan,” ujarnya.
Sementara itu, Jaumar Silaban, Menak Silaban juga mengatakan hal yang sama. Mereka yang terdampak atas proyek preservasi pelebaran jalan Dolok Sanggul-Siborongborong itu, mengaku prihatin atas sikap dan moral pihak kontraktor.
“Kita bukan tidak peduli dengan pembangunan, tapi masyarakat jangan dikorbankan dengan iming-iming perbaikan atas apa yang telah dibongkar. Kita sangat kecewa,” kata Menak.
Dijelaskannya, untuk penggalian sambungan saluran drainase, dirinya sudah kehilangan usaha dorsmer dan tambal ban. Sebab untuk penggalian sambungan drainase itu dirinya harus mengorbankan usahanya unutk dibongkar dan akses jalan diputus.
“Sampai dimana kurangnya pengorbanan kita, dalam hal ini, kita tidak mengejar untung untuk peningkatan pembangunan. Namun apa yang telah dibongkar pun tidak bisa diperbaiki kontraktor. Ini sangat keterlaluan,” jelasnya.
Sementara itu, Jaumar Silaban, justru mendesak ganti rugi atas pelebaran jalan dari pihak pemerintah. Sebab, menurutnya, pihak pemerintah sudah terlalu sering mengulur waktu untuk realisasi atas ganti rugi dari dampak pelebaran jalan itu.
“Kita sudah kenyang dengan janji pemerintah. Padahal, sebelum pelebaran ini dikerjakan, pemerintah akan segera merealisasikan ganti rugi. Namun hingga saa ini, ganti rugi dimaksud pun tak kunjung realisasi,” ujarnya.
Katanya, dua pekan lalu, pihaknya sudah menagih janji realiasi ganti rugi itu ke kantor camat Lintong Nihuta. Namun karena camat masih kooperatif dan berjanji akan membantu proses realisasi, warga akhirnya pulang dalam suasana damai.
“Kalau, Maret ini ganti rugi tersebut tak kunjung realisasi, kami tidak menjamin kesabaran warga yang terdampak proyek pelebaran jalan. Sebab, dalam hal ini, warga sudah terlalu banyak diberikan iming-iming pemerintah dan pihak kontraktor,” pungkasnya. (and)