Wabup Taput Sarlandy Hutabarat, Asisten I Pemerintahan Bahal Simanjuntak, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Bontor Hutasoit saat menerima tiga buku muatan lokal dari tim penyusun. PALAPA POS/ Alpon Situmorang

Terobosan Dikbud Taput, Tiga Muatan Lokal Masuk Kurikulum Mapel

TAPANULI UTARA - Mimpi Bupati Tapanuli Utara Dr. Drs. Nikson Nababan, MSi memastikan tiga mata pelajaran muatan lokal berasal dari kearifan daerah sudah masuk kurikulum pendidikan di daerah yang dipimpinnya.

Tiga mata pelajaran (Mapel) bermuatan lokal tersebut yakni, budaya batak, hospitality pariwisata dan mitigasi bencana, dan rencananya akan mulai diajarkan untuk tingkat PAUD, TK, SD hingga SMP tahun pelajaran 2023/2024.

Peluncuran dan penyerahan ketiga muatan lokal tersebut dilakukan Wakil Bupati Taput Sarlandy Hutabarat, SH,MM di Sopo Partungkoan Tarutung, Kamis (13/7/2023).

Dihadapan ratusan Kepala Sekolah PAUD, TK, SD dan SMP, Wabup Sarlandy Hutabarat mengungkapkan yang sebelumnya mimpi, saat ini menjadi kenyataan atau telah terwujud.

"Mimpi Pak Bupati dan Saya dari sekian mimpi kami, telah terwujud dengan selesainya disusunnya kurikulum buku petunjuk tiga mata pelajaran muatan lokal yakni Budaya Batak, Hospitality Pariwisata dan Mitigasi Bencana,"ungkapnya.

Ditengah agenda rancangan dan sosialisasi penetapan mata pelajaran muatan lokal di tingkat PAUD, SD, dan SMP, Sarlandy berharap menjadi terobosan Dinas Pendidikan.

"Kami apresiasi Pak Kadis yang telah pontang-panting agar tiga muatan ini selesai disusun dan masuk mata pelajaran tahun ini untuk tingkat PAUD hingga dasar,"tambahnya.

Lebih jauh Sarlandy mengutarakan alasan tiga muatan ini dianggap sangat penting, karena Taput harus mempertahankan identitasnya.

"Identitas kita salah satunya bahasa, tidak ada satu bangsa bisa berdiri tanpa ada bahasa. Bangsa harus punya integritas dan kepribadian. Nah kita suku Batak juga harus memelihara dan menularkan kepada anak-anak kita,"katanya.

Untuk itu, agar identitas tidak pudar bahkan hilang, makanya dimasukkan ke kurikulum mata pelajaran.

"Itulah makna otorita daerah, kita diberikan kebebasan memuat agar budayanya tidak hilang,"imbuhnya.

Persoalan berikutnya dalam kurikulum merdeka belajar, para guru harus mampu berinovasi mentransferkan ke siswa.

"Garda terdepannya ada di tangan para guru, bagaimana nantinya muatan lokal ini bisa ditangkap anak didik itu ada di guru pendidik,"sebutnya.

Selanjutnya muatan lokal Hospitality Kepariwisataan, Sarlandy meyakini, akan terbuka ruang dan wawasan bagi anak didik pentingnya pariwisata.

"Mereka akan tahu pariwisata mampu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD-red) dan ini yang kita harapkan dari pariwisata, dan juga mitigasi bencana karna Taput dilalui tiga patahan,"ucapnya.

Mitigasi bencana perlu diajarkan ke anak didik agar ketika terjadi bencana anak didik paham yg akan dilakukan terlebih saat jam sekolah.

"Jepang negara kerap dilanda Gempa dengan kekuatan tinggi, namun tidak ada korban terutama anak sekolah, mereka bersahabat dengan gempa. Nah, itulah makna mitigasi bencana masuk muatan lokal,"paparnya.

Diakhir bimbingannya, Sarlandy berharap guru berinovasi untuk menularkan ketiga Mapel itu ke pelajar.

"Berinovasilah, dan juga Saya minta Pak Kadis ada rembuk ataupun pertemuan yang dihadiri para ahli di ketiga muatan lokal tersebut, sehingga ada kesepahaman dan tidak ada kesalahan dalam muatannya. Sebab bila ada yang kurang akan berdampak kurang baik karna itu yang akan ditangkap dan dipelajari anak-anak kita," pungkasnya.

Kadis pendidikan dan kebudayaan Bontor Arifin Hutasoit dalam sosialisasi dihadiri 554 orang terdiri dari Kasek Paud, SD, SMP, korwil dan tim pengembang dan penyusun, menyampaikan, tiga muatan lokal yang akan masuk kurikulum tahun ajaran 2023/2024 yakni budaya batak berupa bahasa, aksara, seni dan budaya.

"Mapel ini tersendiri dan mandiri, sedangkan hospitality pariwisata dan mitigasi bencana terintegrasi dengan mata pelajaran IPA dan IPS,"katanya.

Bontor mengatakan, kegiatan sosialisasi punya makna membekali satuan pendidikan agar mengimplementasikan dengan sikap untuk mengenal dan mencintai alam spiritual disekitarnya.

"Kami berharap agar nantinya para guru di sekolah bisa mentransferkan ketiga muatan lokal yang telah selesai disusun menjadi kurikulum untuk diajarkan ke anak-anak kita,"katanya dalam laporannya.

Penulis : Alponso

Previous Post Pemkot Bekasi Tegaskan Tidak Ada Calon Siswa "Afirmasi" Tidak Bersekolah Karena Alasan Biaya
Next PostTiga Inovasi Puskesmas Sitadatada, ' Bola Kasti' Ikut Diperlombakan