
Ketua DPRD Taput Poltak Pakpahan selaku petahana dipastikan lolos kembali periode ketiga. PALAPAPOS/Alpon Situmorang
Poltak Pakpahan Jadi Satu-satunya Petahana PDIP Lolos ke DPRD Taput
TARUTUNG - Pertarungan Pemilihan Legislatif Kabupaten Tapanuli Utara kali ini berlangsung ketat. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya petahana DPRD yang ikut bertarung dan tumbang, bahkan dari empat Petahana PDIP yang maju hanya menyisakan Poltak Pakpahan yang mampu bertahan di DPRD periode mendatang.
Berdasarkan hasil rekapitulasi DB1 DPRD Kabupaten/kota, diprediksi dari 10 kursi diisi PDIP, Sembilannya merupakan pendatang baru dan hanya Ketua DPRD Taput tersebut yang lolos untuk ketiga kalinya.
Kisah hidup Poltak Pakpahan menarik diulas meski sibuk dengan dunia perpolitikan. Poltak yang lahir di Parsorminan Pangaribuan Taput tersebut tetap aktif sebagai guru Jemaat di Gereja HKBP.
Dibesarkan dari keluarga sederhana yang orang tuanya adalah seorang guru, Alm Gr Einde Pakpahan dan Ibu Br Sormin. Sebelum mencapai kondisi saat ini sebagai Ketua DPRD Tapanuli Utara banyak kisah hidup yang dialaminya.
Sebagai anak laki-laki paling besar dari delapan bersaudara, Poltak harus bekerja keras banting tulang membantu orang tuanya memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu juga, Poltak berupaya menyelesaikan pendidikannya dan adik-adiknya agar bisa mencapai cita-cita.
Lahir di Desa Parsorminann Kecamatan Pangaribuan, Taput, 24 September 1965 silam, anak kedua dari delapan bersaudara memulai pendidikan dasar di SDN Parsorminan lanjut ke SMPN 1 Pangaribuan.
Saat menjalani pendidikan di SMPN 1 Pangaribuan, Poltak termasuk siswa berprestasi juara satu atau dua adalah merupakan tidak luput dari genggamannya.
Saridewi Pakpahan saudara perempuannya bercerita tentang sikap optimistis abangnya saat sekolah. "Pernah sekali Ito Saya protes kepada guru karena juara satu jatuh ke yang lain sewaktu SMP. Protes itu diarahkan ke wali kelasnya karena dia juara dua," ungkapnya saat diwawancarai palapapos.co.id beberapa waktu lalu.
Poltak minta diuji ulang supaya hasilnya jelas siapa juara satu, pokoknya dia tidak terima. "Untunglah Bapak kami menengahi persoalan hingga abangpun pasrah menerima juara dua”, ungkapnya.
Selesai menamatkan pendidikan di SMPN 1 Pangaribuan, Poltak pun melanjutkan pendidikan di SMA Methodis Medan. Selama di SMA Methodis Medan gelar juara tetap mampu disandangnya, kepintaran yang dimiliki tentunya akibat keuletnya belajar serta didukung orangtuanya untuk menomorsatukan pendidikan.
Usai tamat SMA, Poltak masuk perguruan tinggi DIII Politeknik Universitas Sumatera Utara (USU). Untuk mendapat gelar jenjang S1 dilanjutkannya ke Universitas Nomensen Medan saat dibangku kuliah Ayahnya meninggal dunia.
Tentunya kematian Ayahnya sangat menguncang jiwanya, bahkan hampir meninggalkan bangku kuliah. Namun karena dukungan serta motivasi sang Ibu br sormin memberi semangat membuatnya berupaya keras agar bisa lolos dari bangku kuliah.
Kematian Ayahnya tidak hanya membuat guncangan psikoligis tapi juga secara materil otomatis pasokan biaya untuk kuliah berkurang dari kampung sebab hanya mengandalkan gaji ibunya sendiri sementara pensiunan Ayahnya hanya sedikit.
Sementara itu, adik- adiknya juga sangat membutuhkan biaya, situasi ini memaksanya mencari uang tambahan membantu orangtua dengan karya-karyanya sebagai seorang arsitek bangunan.
Akhirnya Dia bisa membantu adik adiknya serta membayar uang kuliahnya sendiri bahkan juga pernah sesekali buruh bangunan selain pernah asisten dosen.
Itu semata mata dilakukan untuk tambahan biaya kuliah serta membantu adik-adiknya. Dan pada masa itulah Poltak mulai melirik dunia polituk.
Bergabung dengan partai PDI selain itu juga Poltak masuk organisasi pemuda Kristen yang menentang rezim orde baru kala itu. Tahun 1990, Poltak berhasil menyelesaikan bangku kuliah dari Universitas Nomensen Medan.
Poltakpun memulai pekerjaan sebagai arsitek pada perusahaan kontraktor infrastruktur swasta di kota Medan. Bekerja di perusahaan swasta lantas tidak membatasinya untuk berkarya dibidang arsitek bangunan, saat libur kerja dia juga menerima pesanan lain diluar perusahaan untuk menambah penghasilanya.
Saat itulah, Poltak bertemu pujaan hatinya saat dia ditugaskan menangani proyek di Kota Padang Sidempuan, hanya beberapa meter dari kost penginapannya ada seorang perempuan cantik Sermeida Harahap.
Wanita yang kini dinikahinya, mereka telah dikarunia empat putra yang sulung Porman Pakpahan sedang menyelesaikan S1 Hukum di USU.
Keterlibatan Poltak dengan PDI Perjuangan yang dimulai sejak mahasiswa terus dia pupuk, sambil bekerja sebagai kotraktor dukungannya bagi partai berlambang moncong putih itu terus diikuti dengan mengabdikan diri sebagai Ketua Pengurus Anak Cabang PAC PDIP Kecamatan Medan Perjuangan.
Pada tahun 2004, Poltak sempat mendaftar menjadi calon anggota DPRD Kota Medan melalui PDI Perjuangan namun ternyata dia belum lolos pada waktu itu. Kekalahan tersebut tak lantas membuatnya loncat ke partai lain, justru semakin militan ke PDIP.
Tahun 2009, Poltak pulang kampung ke Tapanuli Utara berhasil duduk menjadi Anggota DPRD dari PDI Perjuangan di Dapil III Sipahutar Pangaribuan dan Garoga.
Pada Pileg 2014 poltak maju lagi dari Dapil IV yang meliputi Sipahutar Pangaribuan dan Garoga, Poltak menang dengan suara terbesar.
Tahun 2015, Poltak di percaya menjadi sekretaris DPC PDP Kab Tapanuli Utara dan 23 juli 2018 kembali dipercaya sebagai ketua DPRD Tapanuli Utara menggatikan Ottonyer Simajuntak.
Pada pemilu 2019 yang baru lalu, Poltak dipercaya masyarakat Sipahutar Pangaribuan dan Garoga menjadi DPRD Taput untuk ketiga kalinya dengan raupan suara 2.445.
Tentunya sebagai petahana yang sudah pengalaman dua periode di DPRD, bersama sembilan caleg PDIP yang diprediksi lolos akan mengawal pemerintahan Bupati Taput Nikson Nababan dan Wabup Sarlandy Hutabarat periode 2019-2024. (als)