
Plt Kadis Pariwisata Resva Panjaitan (kemeja putih) saat membawa wisatawan ke Istana SM Raja XII, di Kecamatan Baktiraja. PALAPAPOS/Andi Siregar
Plt Kadis Pariwisata Humbahas: Wacana Wisata Halal Bertentangan dengan Kearifan Lokal
DOLOK SANGGUL - Masyarakat di kawasan Danau Toba atau seputar pinggiran Danau Toba sedikit terusik dengan wacana wisata halal dan wisata syariah. Pasalnya, wacana tersebut bertentangan dengan tradisi dan budaya sebagai kearifan lokal.
Plt Kadis Pariwisata Humbahas Resva Panjaitan, kepada wartawan di Dolok Sanggul, kemarin, mengaku tidak setuju dan menolak kebijakan tersebut, karena akan mengganggu pranata adat istiadat masyarakat suku Batak.
Katanya, bahwa konsep membawa politik agama ke Danau Toba dengan wacana wisata halal dan wisata Syariah, tidak mengedepankan kebinekaan. Diketahui, daerah Danau Toba dengan wisata budaya juga sebagai ikon pusat peradaban sejarah suku Batak dengan mayoritas agama Nasrani.
Menyikapi wacana Gubsu tersebut, diakuinya, pemerintah daerah Humbahas, Tobasa, Samosir, Tapanuli Utara, satu derap langkah untuk melakukan kajian dan melihat kedepan, bagaimana melihat penolakan masyarakat yang terjadi saat ini, pinta Resva.
Dengan demikian, Pemkab Humbahas, DPRD Humbahas dengan seluruh elemen masyarakat, sepenuhnya mendukung Danau Toba sebagai kawasan strategis pariwisata Nasional (KSPN), dengan mengsingkronkan kebijakan pariwisata nasional dengan kebijakan pariwisata di Humbahas.
Lebih lanjut, ia menuturkan, pemerintah dalam hal wacana Danau Toba menjadi wisata halal, dianggap melemahkan tradisi dan budaya adat istiadat Batak dan Agama. Disisi lain, akan melemahkan prekonomian masyarakat.
"Kenapa daerah lain tidak ada wisata halal, dan tentunya masyarakat minoritas dan mayoritas dapat berdampingan dengan rukun," tanya Resva.
Pada prinsipnya, katanya, masyarakat Danau Toba menjadi KSPN. Meskipun perlu dilakukan penataan aturan tanpa menghilangkan tradisi itu sendiri. "Semua pasti ada solusinya, yang perlu diketahui, suku Batak dengan tradisinya di setiap acara melekat dengan simbol ternak babi," jelasnya.
Membandingkan, warisan tradisi suku Batak, sama halnya dengan tradisi daerah Bali, kental dengan warisan ritual adat dan tradisi leluhurnya, karena kegiatan dikemas sebagai atraksi, jutaan wisatawan setiap tahunya datang berkunjung ke Bali dari berbagai kepercayaan. (and)