Plang pemilik proyek nomor SPK:50/SPK/PPK.AS-PL-APBD/DPUPPR-2018, penyedia jasa dari CV Mutiara Dian Nagara dengan Direktur bernama Leonardi Lambok P Sinaga. Berbiaya Rp186.850.000. PALAPAPOS/Jes Sihotang

Memalukan! Pemborong Rabat Beton Jalan Sirikki Belum Bayar Air

SIMALUNGUN - Setelah disoroti terkait lokasi proyek rabat beton di jalan Sirikki Parapat yang menyedot APBD Simalungun Rp186.850.000, ternyata juga belum bayar air yang disedotnya dari salah satu penginapan dekat proyek tersebut.

"Memalukanlah Bang, proyeknya sudah selesai dan sepertinya sudah ditingalkan pemborongnya itu, sementara air yang disedotnya dari selang hotel ini belum dibayar. Sementara janjinya kemarin sebelum mengerjakan proyek akan dibayar, karena proyek ini jauh dari tepi danau toba, dan saya oke kan, ternyata sejak selesai dikerjakan, hingga saat ini batanghidung si pemborong itu belum datang kepada kita dan belum bayar air PDAM dari meteran kita," ujar Mas Eco, Rabu (14/11/2018) di kawasan penginapan GM.

Sementara itu, salah seorang Kepala Lingkungan (Kepling) di Kelurahan Tigaraja, Ingot Sirait juga menyesalkan tindakan sang pemborong tersebut. "Jelas kami bangga dengan pembangunan di kota Parapat, terlebih diwilayah Kelurahan Tigaraja ini. Tapi, banyak dari proyeknya tidak tepat sasaran karena masih ada jalan yang lebih prioritas untuk diperbaiki tetapi tidak dihiraukan, bagi saya itu semua percuma," terangnya.

Menurut Ingot, sejak Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrembang) tahun 2010 silam, sudah berulangkali diusulkan agar jalan yang hanya berjarak 150 meter dari gerbang Gereja Katolik Parapat di aspal atau rabat beton, namun tidak dihiraukan.

Bahkan, sambungnya, saat penunjukan titik lokasi proyek, pihaknya tidak disertakan. "Pemborong itu perlu dipertanyakan, darimana dia dapat titik proyek yang dirabatnya saat ini. Jelas, kita meragukan itu, sebab jauh dari harapan hasil musrembang kelurahan Tigaraja di Kecamatan Girsip," tegas Ingot Sirait.

Adapun, jalan yang dirabat beton saat ini dengan ABPD Simalungun berbiaya Rp186.850.000 adalah jalan Sirikki yang lebih sering dilalui Paragat Tuak (penderes nira), sementara jalan menuju Gereja Katolik Parapat yang memiliki ribuan Umat kurang dihiraukan, sebab jalan itu tak teraspal sejak 25 tahun silam.

Untuk itu, sebagai kepling saya berharap, siapapun pemborong yang masuk ke Parapat dan Kelurahan Tigaraja ini janganlah kayak Jalangkung. "Ada baiknya kita saling koordinasi, sebab kami yang mengetahui apa saja kebutuhan warga dan dimana saja infrastruktur yang harus diperbaiki atau dibangun. Bukan seperti saat ini, meletakkan proyek dengan harga ratusan juta lebih, tetapi kurang bermanfaat untuk umum dan mengabaikan hasil Musrembang kita, Saya hanya mengingatkan dan saya tidak main-main", ketus Sirait.

Ditambahkannya, perihal masalah air yang belum dibayarkan ke salah satu pemilik penginapan dekat proyek, tetap saja tagih uang airnya, sebab tidak mungkin pemilik penginapan itu yang dirugikan lagi. "Jangan buat malu di kampung kita ini, pemborong tapi tak beretika," pungkas warga lainnya R. Manurung (56) di Warung Tumbur Siburakburak. (jes)

Previous Post Gas Subsidi Dijual Jauh Dari Harga yang Ditetapkan Bupati
Next PostTim Alumni 99 Revolution Kembali Juara