
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud RI memberikan bantuan kepada 15 siswa SLB C Pariwisata Bundaku, berupa alat belajar, tenda darurat dan rehabilitasi bangunan sekolah. PALAPAPOS/Nuralam
Kemendikbud Pastikan Izin Operasional SLB Bundaku Gratis
BEKASI - Wajah sumringah belasan siswa Sekolah Luar Biasa C Pariwisata Bundaku ketika menerima bantuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, setidaknya dapat menghilangkan kesedihan saat para siswa ini mengetahui gedung sekolah tempat mereka belajar ambruk beberapa waktu lalu.
Meskipun bantuan yang diperoleh belum sepenuhnya mengobati kegelisahan para siswa, namun dapat dipastikan proses belajar mengajar yang dilaksanakan SLB C Pariwisata Bundaku tidak akan terhambat. Karena, pihak kementerian memberikan fasilitas tenda darurat yang dapat digunakan sebagai ruang kelas untuk belajar.
Sejatinya, Pemerintah Kota Bekasi melalui Dinas Pendidikan, Kepala Kecamatan Bekasi Utara dan Kelurahan Teluk Pucung telah sepakat untuk memberikan fasilitas Aula RW 011, agar digunakan para siswa SLB untuk belajar.
Namun, pihak Kemendikbud melalui Direktur Pendidikan Khusus, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, tetap memberikan tenda sebagai bentuk perhatian lebih agar bisa dimanfaatkan sebagai fasilitas belajar mengajar.
Kepala SLB C Pariwisata Bundaku, Anggraeni Puspasari mengaku tidak menyangka terhadap perhatian yang diberikan semua pihak atas musibah yang dialami pihaknya. Padahal, Anggraeni sebelumnya merasa bingung dengan ambruknya gedung sekolah, karena yayasan yang menaungi SLB C Pariwisata Bundaku tidak memiliki anggaran untuk memperbaiki sekolah.
Bahkan, sambungnya, para orangtua siswa pun bukan kelompok masyarakat yang memiliki perekonomian kelas tinggi, sehingga tidak memungkinkan untuk berswadaya membangun sekolah yang ambruk. "Alhamdulillah, setelah pihak kementerian terjun ke sekolah kami, mereka memberikan bantuan langsung berupa 17 alat tulis, seragam dan tas untuk anak-anak kami dan 1 unit tenda bencana ukuran 6x10 meter dan sudah terpasang di depan Pos RW 011. Bantuan datang sejak Kamis kemarin," ungkap Anggraeni kepada palapapos.co.id, Sabtu (19/10/2019).
Lebih jauh, Anggraeni menuturkan, keseriusan pihaknya dalam membina anak-anak yang mengalami disabilitas bukan lantaran materi, namun lebih kepada kepedulian yang ia yakini, bahwa setiap anak memiliki hak yang sama untuk belajar tanpa melihat keterbatasan fisik atau mental.
Dengan empati yang diberikan semua pihak, Anggraeni optimistis proses perizinan sekolahnya akan segera dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
"Hasil rapat musyawarah kami dengan pihak kementerian, Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Kecamatan dan Kelurahan serta Ketua RW 011, kita disetujui untuk menggunakan pos ini sebagai tempat belajar dan pengurusan perizinan akan dibantu Pak Direktur dan Pak Kepala Dinas," terang Anggraeni.
Mengenai perizinan, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Inayatullah memastikan semua proses akan dikawal pihaknya. Apalagi, Direktur Pendidikan Khusus, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Sanusi menggaransi tidak ada pungutan biaya terhadap izin operasional SLB. "Mengenai perizinan dipastikan gratis tanpa ada pungutan biaya. Ini dijamin Pak Direktur," terang Inayatullah.
Selain kepastian perizinan, Inayatullah mengaku bangga dengan respon cepat yang diberikan pihak Kemendikbud RI terhadap musibah yang menimpa SLB C Pariwisata Bundaku. Apalagi, bantuan yang diberikan langsung turun tanpa menunggu waktu yang lama.
"Ada beberapa item yang diberikan kementerian, perrtama bantuan alat sekolah kepada 15 siswa, komplit semuanya. Kedua, memberikan bantuan rehab bangunan sekolah yakni pos RW. Karena itu, Senin besok pihak kementerian meminta RAB agar segera diberikan, supaya bantuan rehabilitasi cepat diturunkan," terang Inayatullah.
Sementara itu, agar aktivitas RW tidak terganggu, lanjut Inayatullah, pihak kementerian memberikan bantuan tenda darurat yang bisa digunakan sebagai alternatif ruang belajar atau ruang tunggu orangtua siswa. "Ketiga, agar proses kegiatan RW tidak terganggu, maka dibantu berupa tenda yang bisa digunakan para orangtua saat menunggu siswa belajar," pungkasnya. (lam)