
Pakar komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan, Jakarta, Emrus Sihombing. PALAPA POS/Istimewa
Pakar Sebut Inkonsistensi Pimpinan KPK Preseden Buruk
JAKARTA - Pakar komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan, Jakarta, Emrus Sihombing berpendapat sikap pimpinan KPK inkonsistensi atau maju mundur sebagai contoh buruk komunikasi dan kematangan pemikiran.
"Mereka ini offside, terlalu baper. Pejabat negara harusnya tidak boleh begitu, mikir dulu baru ngomong," ujar Emrus, di Jakarta, Rabu (25/9/2019).
Seharusnya, kata dia, selaku pejabat negara, para pimpinan KPK dapat mengedepankan komunikasi, serta berpikir terlebih dahulu secara matang sebelum bertindak.
Menurut dia, tidak salah jika ada pihak yang menilai bahwa keberadaan pimpinan KPK dan segala keputusannya menjadi tidak legitimate, pasca pernyataan dan sikap tersebut dilakukan.
"Soal ini, mereka memberikan suatu contoh yang tidak baik terhadap masyarakat. Di mata saya, dengan menyerahkan mandat, maka menjadi tidak legitimate lagi dan masyarakat juga bisa melihat yang sama," tuturnya.
Meskipun, hal tersebut hanya didasarkan pada aspek moral dan etika, karena secara yuridis pernyataan mundur tersebut tidak berdampak lantaran hanya dilakukan secara lisan tanpa surat resmi dan bertanda tangan. "Tetapi secara teori komunikasi, pernyataan lisan itu juga telah membekas," tuturnya.
Emrus menambahkan, secara moral etika, jika para pimpinan KPK yang menyatakan mundur dan menyerahkan mandat, ingin menuntaskan masa jabatannya, maka perlu memberikan penjelasan tegas.
"Saya lihat mereka tetap ingin mempertahakan jabatannya sampai akhir. Untuk itu, alangkah baiknya jika mereka meminta maaf ke publik, kalau mereka memang masih mau bertahan," ucapnya.
Di sisi lain, bisa saja Presiden mempercepat pelantikan pimpinan KPK yang baru terpilih. Tentunya hal itu harus disepakati juga bersama dengan DPR.
"Itu memungkinkan, dengan catatan mereka mundur dulu. Kebijakan ini dapat diambil untuk mengantisipasi terjadinya kekosongan jabatan," ujar Emrus. (ant)