Koordinator Penyuluh Pertanian Pahae Jae Rapidin Situmorang diabadikan dihamparan padi yang siap untuk dipanen di Desa Siopat Bahal Pahae Jae. PALAPAPOS/Alpon Situmorang

Mayoritas Panen Dilempar Keluar, Luat Pahae Jadi Lumbung Padi Taput

PAHAE JAE - Dalam pemikiran masyarakat, selama ini Luat Pahae yang terdiri dari empat kecamatan, yakni Pahae Julu, Pahae Jae, Simangumban dan Purbatua di Kabupaten Tapanuli Utara, lebih terkenal dengan produksi perkebunan coklat.

Ternyata selain coklat, Luat Pahae juga menyimpan pontensi yang lebih besar lagi dari sektor pertanian. Produksi pertaniannya secara khusus padi bukan lagi hanya untuk konsumsi masyarakat setempat, tetapi lebih banyak dijual ke luar daerah Tapanuli Utara, tepatnya ke Kabanjahe, Kabupaten Tanah Karo. 

Menurut seorang pengusaha rumah makan, boru Panggabean di Onan Joro, Pangaloan, Kecamatan Pahae Jae, yang pertama kali menceritakan kepada wartawan palapapos.co.id, beberapa waktu lalu bahwa hasil panen Luat Pahae sebagian besar dilempar ke Kabanjahe Tanah Karo.

Ia menceritakan, kalau suaminya bermarga Simatupang yang berprofesi sebagai supir truk, setidaknya tiga kali dalam seminggu berangkat membawa padi dengan berat mencapai tujuh ton sekali berangkat. "Dari tempat ini ada dua truk setiap berangkat. Masih ada juga dari Sarulla, Janji Angkol," sebutnya. 

Menurutnya, pertanian dengan produksi padi menjadi sumber pendapatan utama masyarakat setempat. "Hasil penjualan padi digunakan untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Bahkan untuk belanja kebutuhan makan juga banyak yang mengandalkan menjual padi," ujarnya. 

Guna mendalami informasi menarik tersebut, karena sebelumnya tidak pernah terdengar, Palapa Pos mencoba mewawancarai Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Pahae Jae, Rapidin Situmorang, Rabu (15/5/2019).

Ia membenarkan, kalau Kecamatan Pahae Jae dan secara umum Luat Pahae merupakan lumbung padi di Tapanuli Utara. "Hampir seluruh produksinya dijual ke luar daerah. Mungkin hanya 20 persen saja yang tinggal di daerah ini," sebutnya. 

Rapidin tidak memungkiri kalau pertanian padi sawah menjadi sumber utama pencaharian masyarakat Pahae. Banyak putra-putri daerah tersebut dapat mengecap pendidikan tinggi di kota-kota besar adalah hasil pertanian padi. 

Para petani menerapkan musim tanam dua kali dalam setahun dengan masa panen jatuh pada bulan Mei-Juni dan Oktober-November. "Saat ini sesuai angka statistik, luas lahan pertanian padi di Pahae Jae mencapai 1.316 hektar. Produksi per hektarnya mencapai 6 sampai 6,5 ton padi. Jadi produksinya bisa mencapai puluhan ribu ton setahun (15.729-red)," sebutnya. 

Menurutnya,  para petani menjual padinya kepada penampung dengan harga Rp4.000 per kg. Maka dengan perhitungan 15.729.000 kg dikali Rp4.000, total hasil penjualan padi di Pahae Jae mencapai Rp64 miliar lebih. 

Rapidin memprediksi hasil pertanian padi di tiga kecamatan lainnya, yaitu Pahae Julu, Purbatua dan Simangumban hampir sama dengan kondisi hasil pertanian padi di Pahae Jae. (als)

Previous Post Eggi Sudjana Resmi Ditahan 20 Hari Ke Depan
Next PostElemen Masyarakat Akui CSR SOl Sentuh Berbagai Sektor