TAPANULI UTARA - Hasil dari lahan pertanian warga di Aek Nabara Desa Pancur Batu, Kecamatan Adiankoting, dalam tiga tahun terakhir kurang maksimal. 

Pasalnya, bangunan tembok penahan proyek bencana alam dibangun tahun 2016 lalu, dihantam banjir luapan sungai yang melintasi areal persawahan. Bahkan hingga beberapa kali usulan warga Desa Pancur Batu sejak tahun 2017, agar segera ditangani belum menunjukkan hasil.

Akibat desakan warga dan seringnya gagal panen akibat luapan sungai di Desa tersebut, membuat APBDes menampung pembuatan tembok penahan tanah.

Kades Pancur Batu Beljek Hutapea, Senin (30/9/2019) membenarkan, penanganan pembuatan TPT antisipasi luapan sungai. "Kita tidak sentuh bangunan bencana alam yang dihantam luapan banjir 2016 lalu, bangunan itu kita rancang menjorok kedalam," ungkap Beljek.

Beljek mengakui bila sungai tersebut meluap tidak tanggung-tanggung, areal persawahan warganya sering gagal panen. "Pernah sekali, padi sawah yang ditanami warga proses menyiangi ternyata air meluap, hancurlah semua lahan yang dalam waktu dekat akan dipanen," tambahnya.

Bahkan pernah kejadian bulan Mei tahun ini, Gonggom Silalahi bersama empat anaknya saat berada di pondok menjaga hama babi hutan, terjebak akibat banjir.

"Kami turun pukul 03.00 dini hari mendengar laporan istrinya yang menangis akibat suami dan anaknya terjebak banjir. Peristiwa itulah yang menjadi dasar warga semakin mendesak pembuatan TPT," katanya.

Selain itu, Beljek menyebutkan lahan tersebut menjadi titik pusat 30 KK tiga desa Pancur Batu. "Dengan terbangunnya nanti TPT tersebut kita harap keluhan gagal panen maupun warga terjebak banjir tidak terjadi lagi," harapnya. (als)