Diduga Sembarang, Benih Kopi Bantuan Pemprovsu Tidak Berkembang
DOLOK SANGGUL - Benih kopi bantuan pemerintah kepada Kelompok Tani (Poktan) Marluga di Desa Aek Nauli II, Kecamatan Pollung, Kebupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara (Sumut) tidak kunjung berkembang. Sebaliknya, benih kopi yang disalurkan awal April lalu itu malah mengerdil, menguning seolah kurang vitamin.
Anggota Poktan Marluga, Op Maradu Lumban Gaol (80) kepada wartawan, kemarin, mengaku mengeluh dan kecewa atas bantuan benih kopi yang diterima dari pemerintah. Pasalnya, benih kopi yang disalurkan atau sebelum Pemilu 2019 itu tidak berkembang malah mengerdil, menguning seolah kurang vitamin yang hidup segan mati tak mau.
“Kita kecewa dengan benih kopi yang disalurkan pemerintah. Dari 400 benih yang kita tanam, tak satupun yang berkembang. Kita menduga, benih kopi tersebut adalah sembarang. Tidak dari penangkaran serta tidak bersertifikat,” katanya.
Melihat benih kopi yang tak berkembang itu, kata Op Maradu, harapan untuk memetik kopi dari benih yang disampaikan pemerintah itu sudah pupus.
“Mau panen apa, batangnya saja sudah mengerdil dan tidak mirip lagi dengan kopi. Yang ada hanya rugi energi, materi dan waktu. Kita kecewa,” ujar Op Maradu yang sudah renta itu.
Dia memaparkan, untuk menanam 400 batang benih kopi tadi, dirinya harus mengeluarkan biaya besar. Mulai dari traktor lahan, persiapan pupuk organik dan penanaman. Usaha tadipun menjadi sia-sia sebab benih kopi tak kunjung berkembang.
Senada juga disampaikan boru Hombing, istri Op Maradu. Katanya, benih kopi sebanyak 400 batang itu tidak bisa lagi diharapkan. Dia hanya berharap pemerintah menggantinya kembali untuk lahan yang sudah disiapkan.
Boru Hombing itu menjelaskan, bahwa untuk benih kopi tadi, pihaknya bersama 17 anggota lainnya harus menyetorkan Rp 13.000 kepada poktan Marluga. Biaya tersebut sebagai pengganti bongkar muat distribusi benih kopi tersebut.
Sementara itu, ketua Poktan Marluga, Boru Matondang kepada wartawan, mengakui bahwa pihaknya menerima benih kopi dari pemerintah pada awal April lalu. Benih kopi tersebut sebanyak 3445 batang dengan 18 anggota penerima.
Disinggung benih kopi yang tidak bagus, Boru Matondang malah membantah. Dia mengatakan benih kopi miliknya yang diterima bersamaan dengan anggota lainnya, tumbuh subur.
“Kita tidak tahu bagaimana perkembangan benih kopi yang diterima para anggota lainnya. Kalau ada yang tidak berkembang, mungkin masalah perawatan. Sebab benih kopi yang kita tanam tumbuh subur,” ungkapnya.
Ditanya setoran Rp13 ribu penngganti bongkar muat distribusi benih kopi tadi, Boru Mantondang juga membantah. Tidak ada kutipan ito. Benih kopi itu gratis dan tidak ada biaya lain-lain atau pengganti bongkar muat distribusi benih tersebut.
Terpisah, Kadis Pertanian Humbahas Junter Marbun melalui Sekretaris Ida Maria Simanullang kepada wartawan mengakui, bahwa benih kopi yang disalurkan kepada masyarakat melalui poktan itu merupakan bantuan dari Pemprovsu.
Sementara itu, Dinas Pertanian Humbahas hanya menfasilitasi serta menunjukkan penerima sesuai dengan CPCL (calon Penerima Calon Lahan) yang diusulkan. “Kita tidak tahu benih kopi bersumber dari mana. Sebab pengadaan untuk benih kopi tersebut dilakukan Dinas Pertanian Provinsi,” singkatnya. (and)