
Situasi kejadian di lokasi Banjir Bandang yang meluluhlantakkan sejumlah rumah dikawasan bantaran Sungai Rassang Bosi dan pencarian serta evakuasi korban di tempat kejadian yang dilakukan Polres Samosir, Tim SAR, TNI, Warga dan Badan Penangggulangan Bencana Alam Pemkab Samosir. PALAPAPOS/Jes Sihotang
Ilegal Loging Diduga Biang Kerok Banjir Bandang Rassang Bosi
SAMOSIR - Rasa pilu yang mendalam disaat banjir bandang meluluhlantakkan sebuah perkampungan Desa Buntu Mauli I dan Ransang Bosi, Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir Sumatera Utara, Jumat (3/5/2019) lalu membuat almarhum Tiarma Situmorang (65) terbenam dalam lumpur dan jasadnya baru ditemukan, Sabtu sekitar pukul 12.45 Wib.
Disaksikan Bupati Samosir Rapidin Simbolon, sejumlah bantuan pencarian korban, juga dibawah komando Waka Polres Samosir Kompol Charles Simanjuntak saat pelaksanaan evakuasi korban banjir bandang bersama TNI dan SAR, yang datang dari pos Ajibata Tobasa mengevakuasi jasad korban ke posko banjir bandang di Desa Buntu Nauli, Kecamatan Sitio tio, Kabupaten Samosir.
Sebelumnya, Jumat (3/5/2019) sekitar pukul 16.00 Wib telah terjadi bencana alam banjir bandang yang diawali hujan es. Menurut Wakapolres Samosir, setelah pihaknya mengetahui kejadian dan menerima laporan situasi tersebut personil Polres Samosir langsung menerjunkan 18 personil.
Waka Polres Samosir Kompol Charles Simanjuntak didampingi Kasat Sabhara AKP H. Marpaung dan Kasat Binmas AKP W. Sidabutar melakukan penanggulangan bersama Pemkab Samosir, dengan menurunkan alat berat 1 unit ekskavator ditambah bantuan personil Badan Penanggulangan Bencana Daerah Samosir.
Diketahui, selain menelan korban, tragedi Banjir Bandang Rassang Bosi juga merusak sekitar 4-5 Rumah warga dan sebuah jembatan termasuk membenam tanah wakaf kampung (pemakaman umum). Kejadian itu juga membuat Rustan Br situmorang (70) mengalami luka berat dan patah dibagian kaki.
Sementara rumah yang rusak adalah milik A. Lingsa Sinaga/Rustan br. Situmorang (korban patah kaki), rumah A. Jonson Tamba/Tiaman situmorang (korban hilang), rumah A. Rajes Sinaga/Br. Simarmat, rumah Nai Marlina br. Sinaga. Rumah warga ini telah rata dengan tanah akibat hantaman material lumpur bercampur bebatuan gunung dan pasir.
Adapun sejumlah rumah warga yang rusak parah adalah milik Ama Dewi Sinaga/Br Haro, dan rumah yang rusak ringan milik Op Lamria Manulang/Br Sitohang, rumah A. Harapan sinaga/Br Napitupulu dan rumah milik A. Damayanti Sinaga/Br Sitepu.
Adapun jembatan yang dihantam banjir bandang adalah jembatan penguhubung jalan di Binanga Batu Bolon. Lalu, tanah wakaf (pemakaman umum) yang terkena musibah banjir hingga mengakibatkan tulang belulang terbawa arus sungai dan sebahagian lagi terbenam lumpur.
"Kejadian ini justru mengingatkan warga saat memberikan informasi bebberapa tahun silam terkait adanya dugaan pembalakan hutan di puncak sungai Rassang Bosi dan sekitarnya, namun entah mengapa pembalakan itu sulit dihentikan, sehingga disaat hujan yang cukup deras turun dan mengakibatkan Sungai Rassang Bosi meluap, akhirnya masyarakat juga yang jadi tumbalnya," ujar warga setempat M Sinaga .
Sementara itu, Koordinator SAR Danau Toba Octo Tambunan, Sabtu (4/5/2019) pagi atau sekitar pukul 05. 15 Wib, ia bersama timnya Rescue Pos Sar Danau Toba Ajibata berangkat ke lokasi banjir bandang guna membantu melakukan pencarian korban dan membantu evakuasinya.
Sepuluh orang Tim Rescue Pos Pencarian dan Pertolongan Parapat (Danau Toba) diterjunkan dan sampai saat ini masih berada di TKP. Sebelumnya, kejadian Banjir Bandang yang disertai bebatuan ini ternyata kejadian kedua terjadi di kawasan Sitio-tio, dimana pada tahun 2010 hal yang sama sudah pernah terjadi menewaskan satu orang warga dan empat lainnya dinyatakan hilang kala itu. (jes)