
Para narasaumber dan peserta pelatihan pemandu wisata budaya usai mengikuti kegiatan di Atsari Hotel Parapat. PALAPAPOS/Jes Sihotang
Pemandu Wisata Diharapkan Jadi Ujung Tombak Industri Tanpa Asap di Danau Toba
SIMALUNGUN - Selama ini, pemandu wisata di kawasan Danau Toba dianggap hanya sebagai pelengkap. Namun kini, kemampuan seorang pemandu wisata dititikberatkan kepada pengenalan budaya. Tentunya, jarang sekali dijumpai para pemandu menguasai bahan untuk diceritakankembali kepada wisatawan. Untuk itulah, para pemandu wisata kali ini dipermaks jadi ujung tombak sebagai penghasil devisa dari Industri Tanpa Asap alias Pariwisata.
Demikian disampaikan Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Simalungun, Resman H Saragih disela pembukaan pelatihan pemandu wisata budaya di Atsari Hotel Parapat, Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Jumat (19/7/2019)
Menurut Resman, bahwa pemandu wisata (Pramuwisata) itu merupakan salah satu ujung tombak dan vital untuk memperkenalkan dan memajukan kepariwisataan, sehingga membutuhkan energi dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang lebih profesional beretika dan mumpuni.
Jadi, sambungnya, peran pramuwisata harus mampu merasakan sejarah dan menceritakannya kembali dengan berbagai trik tanpa merusak tatanan budayanya.
Pramuwisata dapat secara langsung berkomunikasi untuk memberikan pemahaman dan penjelasan tentang suatau objek wisata dengan sejarahnya termasuk tekstur budayanya kepada wisatawan, sehingga dibutuhkan pelatihan pemandu agar profesional dan beretika agar berdampak positif guna meningkatkan volume kunjungan wisatawan ke Simalungun dan Danau Toba sekitarnya.
Resman berharap, kepada 60 peserta pemandu wisata khusus bidang budaya serius untuk mengikuti pelatihan dan memahami materi yang diberikan narasumber untuk diterapkan dalam mengangkat dan melestarikan budaya Simalungun 'tano habonaron do bona' ketika memberikan pelayanan kepada wisatawan di tempat masing-masing.
Sementara itu, salah seorang narasumber yang juga Direktur Politeknik Pariwisata Medan, Sumihar S Sitompul menyampaikan, beberapa wisata budaya merupakan warisan adat turun menurun, yakni adat istiadat, arsitektur, religi, rumah adat, seni tari, candi dan rumah peribadaan yang dapat diperkenalkan untuk menarik jumlah kunjungan wisatawan.
Dirinya mengatakan, sebagai pemandu wisata selain berkemampuan berbahasa juga harus memiliki pengetahuan tentang objek wisata budaya yang diperkenalkan kepada pengunjung, melayani dengan beretika, sopan santun, ramah sehingga memberikan kesan yang baik kepada pengunjung.
Lebih jauh, Sumihar mengajak para peserta turut melestarikan dan menggali wisata budaya yang dimiliki Kabupaten Simalungun, yang dapat dipromosikan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan yang berdampak kepada peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.
Sementara Narasumber lainnya, Ketua Partuha Maujana Simalungun (PMS) Djapaten Purba menjelaskan bagaimana kombinasi sejarah, Budaya dan pakaian tradisionalnya melekat jadi satu-kesatuan, juga menambah daya minat sebagai magnet bagi wisatawan kita. "Maka jangan ragu menempatkan diri sebagai Pramuwisata Budaya yang berbudaya dan beradab," katanya. (jes)