
SMAN 1 Lintong Nihuta, Kecamatan Lintong, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara. PALAPAPOS/Andi Siregar
Masuk PTN, Siswa SMAN 1 Lintong Nihuta Diduga Dipungli
DOLOK SANGGUL - Oknum guru di Sekolah menengah Atas (SMA) Negeri 1 Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Provinsi Sumatera Utara, berinisial DS diduga melakukan pungli sebesar Rp500 ribu kepada beberapa siswa asuhannya kelas XII IPA I, yang masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2019.
Salah seorang wali murid, Saut Sihombing kepada palapapos.co.id via ponselnya, Senin (1/4/2019) mengaku prihatin atas tindak tanduk oknum tenaga pendidik di SMAN 1 Lintong Nihuta.
Dimana sebagai guru, oknum DS telah menciderai dunia pendidikan karena diduga melakukan pungli terhadap siswa. Selain itu, lanjut Saut, oknum guru tadi juga diduga meminta Rp100 ribu untuk pengisian raport semester genap tahun 2019.
Awalnya, kata Saut, Jumat pekan lalu, salah satu murid DS, bernama br Siburian, yang tinggal di rumahnya mengeluh dan menangis. Ketika ditanya, gurunya tak mau mengisi raport karena harus diberikan sejumlah uang.
“Gak mau guru kami ngisi raport, katanya harus ngasih uang. Padahal sudah kami siapkan amplop dan sudah kami isi uang, namun guru tidak mau menerima,” ujar Saut menirukan penjelasan br Siburian.
Disisi lain, katanya lagi, bahwa oknum DS juga diduga menggelapkan uang tabungan siswa senilai Rp800 ribu, yang direncanakan untuk membeli baju Natal tahun 2018, namun tidak diketahui keberadaannya.
“Para guru mungkin sudah tau bagaimana sifatnya ini. Kepala sekolah juga sudah dibikin repot oknum yang satu ini. Dan dulu, ada orangtua datang ke sekolah itu hanya karena persoalan perhiasan emas,” ujarnya.
Terkait hal itu, Kepala Sekolah SMAN 1 Lintong Nihuta, Jonner Sihombing melalui Wakasek Abidin Nababan kepada wartawan mengaku, bahwa jumlah siswa/i yang masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui SNMPTN tahun 2019 adalah sebanyak 15 orang di sejumlah universitas negeri yang tersebar di beberapa provinsi.
Disinggung terkait dugaan pungutan Rp500 ribu, yang dilakukan oknum guru terhadap siswa yang masuk PTN, Abidin justru membantah. “Tidak ada itu, itulah isu yang sedang kita klarifikasi. Pun demikian, kita tidak bisa menjamin siapa yang benar dan siapa yang salah. Hal ini sudah ditangani pimpinan,” ujarnya.
Sementara itu, oknum DS saat dikonfirmasi wartawan via selulernya mengaku, bahwa siswa XII IPA 1 Lintong Nihuta yang masuk PTN melalui SNMPTN sebanyak empat orang, yakni Novanto Daud P. Sihotang dinyatakan lulus ke USU Jurusan Kimia, Geovani N Sihombing diterima di USU Jurusan Fisika, Putri Dwisastika masuk di Institut Teknologi Sumatera (Itera) Jurusan Teknik Informatika dan satu lagi yang masuk PTS favorit di Del Laguboti.
Disinggung ada pungutan atas siswa yang masuk PTN lewat SNMPTN, DS malah mengaku tidak tahu. “Saya tidak ada teringati tentang uang. Tapi gak tau kelas yang lain. Kalau kita, tentang uang tidak pernah bicara,” jelasnya.
Ditanya, masalah dugaan pungutan Rp100 ribu untuk pengisian raport, kembali oknum DS membantah tuduhan tersebut. “Kemarin, saya sudah komplin kepada yang menyampaikan hal ini. Konon saya menerima Rp100 ribu, sementara 100 perak saja tidak ada sampai sama saya. Lagian raport siswa juga belum ada sama saya. Kalau ada informasi seperti itu, itu adalah hoaks yang menjatuhkan,” terangnya.
Untuk klarifikasi hal ini, katanya, Sabtu lalu, dirinya sudah menunggu orangtua siswa di sekolah. Namun tidak satupun orangtua yang datang.
“Saya tunggu, orang tua yang keberatan atau yang merasa dirugikan. Tapi tak satupun yang datang. Namun pada sore hari, datang satu orang dan kami buat pernyataan bahwa saya tidak pernah minta uang,” ujarnya.
Tujuan pernyataan tadi, katanya, dirinya tidak mengetahui jika ada siswa yang diminta uang dan nama gurunya. Apalagi anak jaman sekarang sudah punya kemewahan, sebab semua sudah pakai gawai.
Selanjutnya, katanya lagi, oknum Sekdes yang tinggal di pasar lama, bernama Simamora, tiba-tiba datang ke rumah dan menuduh pungli.
"Namun setelah dikonfrontir kepada anaknya yang merupakan siswa saya, malah tidak mengaku. Sehingga Sekdes tadi marah-marah kepada anaknya," tandasnya. (and)