
Kondisi pengerjaan pengerukan lumpur dari badan jembatan Kembar dengan menggunakan alat berat Excavator jenis Long Arm bantuan Pengprovsu. PALAPAPOS/Jes Sihotang
Jembatan Siduadua Diklaim Pembawa Sial
SIMALUNGUN - Proyek pembangunan salah satu jembatan di jembatan kembar Lombang Siduadua perbatasan Nagori Sibaganding-Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, dicap menjadi salah satu jembatan pembawa sial.
Pasalnya, jembatan yang diperuntukkan sebagai akses dari Siantar menuju Parapat itu dibangun tahun 2016 lalu, dengan menelan anggaran belanaja negara sekira Rp13 miliar lebih itu, ternyata justru menjadi biang kerok penyumbat banjir lumpur jika meluncur dari puncak Bangun Dolok.
Lubang atau kolong jembatan yang dibangun dua tahun lalu itu, diduga terlalu rendah dan terlalu dekat ke 'induk hulu' eks sungai Lombang Siduadua' yang dulunya dikenal angker.
Hal ini disampaikan salah seorang warga Nagori Sibaganding, M Sinaga (59), Selasa (15/1/2018) sembari menyaksikan pembersihan lumpur dengan mempergunakan dua unit alat berat Exavator jenis Long Front (Long Arm), yang sudah dikirimkan Pemprovsu setelah tempat kejadian di Jalinsum Sibaganding-Parapat dikunjungi langsung Wagubsu Musa Rajekshah.
Meski begitu, menurut prediksi warga, walau dengan jenis alat berat apapun yang diturunkan mengevakuasi banjir lumpur dari bahu jembatan tetap percuma, jikalau 'Jembatan Sial' itu tidak dibongkar paksa.
Karena jembatan yang satu itulah sebenarnya yang justr penghalang lumpur tembus ke jembatan yang disampingnya, "Jadi jembatan yang dibangun tahun 2016 lalu itu harus segera dibongkar," ujar Sinaga.
Di lain pihak, warga Parapat lainnya, K Sinaga (45) berharap, agar instansi terkait tetap mencari sumber malapetaka lumpur tersebut. "Apa sih yang melatarbelakangi banjir lumpur dan nyaris tak berkesudahan itu? Benarkah karena maraknya ilegal logging selama 5 atau 10 tahun di puncak TKP-nya atau kita pasrah dengan faktor alam?," katanya.
Untuk itu, selain ada pihak yang melakukan pembersihan lumpur di jembatan kembar ini, ada baiknya melirik sejenak kebiasaan para pendahulu. Sinaga menuturkan, siapa sangka mereka justru terusik gara-gara jembatan yang dibangun tahun 2016 lalu itu.
"Kala itu begitu jembatan hendak mau dibangun dan baru satu buah pondasinya selesai, sebatang pohon pinus besar yang berada diatas, nyaris menghantam pemondokan sekaligus dapur umum kala itu, dan mereka disarankan membuat daun sirih ke atas batu supaya tidak mengganggu lagi, dan proyek ini berjalan sampai tuntas, walau kadang kala ada tukang yang kerap sakit dengan tiba-tiba saat itu," jelas Sinaga.
Meski saat ini pengerukan lumpur dari kolong jembatan mampu dijangkau dengan dua buah Excavator Long Arm dan dibantu alat berat lainnya dari PT TPL dan PT Bumikarsa, namun pada saat pengerjaan sekitar pukul 11.30 Wib. lumpur dari atas sempat meluncur kendati kondisi cuaca alam sangat terik.
Kemungkinan lumpur tersebut bergerak, karena bantalan lumpur dari bawah kolong jembatan dikeruk, membuat lumpur dari atas bergerak dan meluncur. Volumenya sudah tidak seberapa, namun penumpukan lumpur diatas sana masih terkesan sangat berbahaya, sebab dua sisi gunung yang berdampingan itu sudah tergerus dengan kedalaman 5-10 meter, tingkat kemiringan 60-75.
"Selama pengerjaan jalan lintas jembatan ini ditutup total dan fokus membersihkan lumpur, kendaraan dialihkan dari Sitahoan, dan informasi selanjutnya akan dikabari sesuai dengan situasi dan kondisi terkini," beber Kabag Ops Kompol H Situmorang didampingi Kapolsek Parapat AKP Bambang Priyatno dan Kasatlantas Polres Simalungun AKP Hendrik Barus. (jes)