
Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Samosir Ombang Siboro saat mengungkap tabir lagenda ‘Batu Hoda’ kepada awak media palapapos.co.id. PALAPAPOS/Jessiho
Dari Negeri Indah Kepingan Surga Legenda Batu Hoda Bermagnet Wisata
SAMOSIR - Pemkab Samosir melalui Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Ombang Siboro dianggap sukses mengusung konsep 'Batu Hoda' dan menjadi bagian dari 'magnet wisata terbarukan' dihamparan pesisir pantai Dusun Malau, Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumut.
Kepada wak media online palapapos.co.id, Ombang Siboro, Selasa (12/2/2019) menyampaikan, jarak tempuh ke obyek wisata 'Batu Hoda' hanya sekira satu kilo meter saja dari Pelabuhan Kapal Simanindo, dan sekitar 25 Km dari pelabuhan KMP Tao Toba I dan II Tomok.
“Namun jika kita berangkat dari kota Medan, anda hanya sekitar enam jam saja sudah tiba dilokasi tentu dengan suguhan pantai pasir putih, arena selfie dengan view Danau Toba, rumah pohon, dan tentu 'Batu Hoda Hitam' yang menjadi ikon obyek wisata kita ini,” kata Kadis Pariwissata Samosir.
Masih menurut Ombang Siboro, dari cerita masyarakat sekitar tentang 'Batu Hoda' bahwa tempo dulu ada kuda betina yang datang dari tengah perairan Danau Toba yang akhirnya terdampar sampai kelokasi ini, sembari mencari pasangannya seekor kuda jantan warna merah.
Namun sepanjang waktu dalam penantiannya, sang kuda hitam betina inipun menjadi kesepian, walau sang kuda itu tetap berusaha mencari pasangannya. Namun apa nak dikata, pasangan yang diharapkan untuk menjadi kekasihnya itupun tak kunjung tiba hingga akhirnya kuda betina hitam itu diam membatu, sebab dalam ikrar janji dalam benaknya akan menunggu pasangannya walau sampai membantu, hingga akhirnya terwujud jadi batu.
Ombang juga menyampaikan, alkisah ‘Batu Hoda’ ini, tenyata menyimpan rasa yang luar biasa dan menggambarkan sebuah 'kesetiaan' dalam menunggu pasangan.
“Nah, untuk para kaum perempuan yang berfoto disini, hal tersebut kita ceritakan, baik melalui para pemandu kita kepada para wisatawan dan dulunya obyek lokasi Batu Hoda inipun adalah lokasi 'Pa Mele-Melean' (tempat pemujaan dan memberikan sajen),” ujar dia.
Saat ini, ‘Batu Hoda’ yang asli ada disekitar bebatuan berukuran besar, lebar dan ada juga berbentuk talam teronggok rapi dihamparan pantai dan diapit batu-batu lain, dan berdampingan dengan sebatang pohon Baringin (beringin) dimana pohon-pohon jenis Beringin seperti ini dulunya dipercaya juga memiliki keramat dan kerab tumbuh sendiri di sekitar mata air (umbul air), atau sengaja dibuat disekitar Harabangan Ni Huta (pintu masuk perkampungan tempo dulu) dan diatas pusaran kuburan (makam). (jessiho)