
Bupati Taput Nikson Nababan dan Ketua TP PKK Taput Satika Simamora dalam gebyar Lansia. PALAPAPOS/Alfon Situmorang
Cara Cerdas Pemkab Taput Tingkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat
TARUTUNG - Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara dibawah kepemimpinan Nikson Nababan, sejak awal pemerintahannya tetap berkomitmen melaksanakan apa yang menjadi programnya diberbagai sektor.
Dengan mengusung budaya Senyum, Salam dan Sapa (3S), menjadi cara cerdasnya pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara untuk lebih mudah melaksanakan programnya kepada masyarakat terutama bidang kesehatan. Tentunya, dengan cara ini lebih mudah bagi tenaga kesehatan turun kemasyarakat dan meraih hatinya agar mau terbuka akan permasalahan menyangkut kesehatan.
Berbagai program dalam bidang kesehatan telah dilaksanakan Pemkab Taput melalui Dinas Kesehatan, yakni pelayanan kesehatan gratis dengan cara turun ke desa-desa, pembentukan rumah tunggu kelahiran, bina lansia, pemberian makanan tambahan bagi pelajar dan lansia, program bebas pasung, menanggung asuransi warga miskin melalui iuran BPJS, pembentukan unit Public Safety Center (PSC) yang khusus menangani gawat darurat.
Program itu pun tetap berlanjut ditahun 2018 dengan menekankan rencana aksi mencapai target diberikan pusat diantaranya percepatan eleminasi tuberculosis, penurunan stunting, dan peningkatan cakupan serta mutu imunisasi.
Kepala Dinas Kesehatan Tapanuli Utara, dr Janri Nababan mengatakan, rencana kegiatan yang akan dijalankan tahun ini tetap menitikberatkan budaya 3S (Senyum, Sapa dan Salam). Dikatakannya, apa yang telah diganungkan Bupati Nikson Nababan sejak awal pemerintahannya harus menjadi budaya.
“Kita minta setiap tenaga kesehatan dituntut untuk melaksanakan dan membudayakan Senyum, Sapa dan Salam, karena dalam anamnesa awal untuk berinteraksi dengan pasien pasti kita dituntut untuk berkomunikasi aktif dan pasif sehingga pasien merasa dekat dan puas secara pribadi,“ katanya Minggu (11/3/2018).
Diuraikan Janri, beberapa program 3S yang sedang gencar-gencarnya dilakukan mendukung program kesehatan diantaranya program puskesmas 24 jam.
Melalui puskesmas 24 jam yang selama ini dijalankan merupakan upaya untuk meningkatkan "awareness" ( kewaspadaan) terhadap meningkatnya angka kematian ibu dan bayi dan mempersiapkan rujukan yang komprehensive serta berjenjang, urainya.
Selanjutnya, unit PSC 119 yang tetap siaga menangani panggilan gawat darurat dan dilakukan kebijakan satu puskesmas dengan dua mobil. “Ini merupakan inovatif terhadap pelayanan kesehatan, dimana satu mobil puskesmas keliling melayani tim kesehatan. Hal tersebut dilakukan, agar cepat menjangkau masyarakat dipelosok serta cara efektif melakukan promosi kesehatan,“ tuturnya.
Ditambahkannya, PSC 119 juga merupakan cara menjawab tuntutan masyarakat yang demikian besar terhadap kepedulian Pemkab untuk segera menindaklanjuti panggilan masyarakat.
“Bayangkan dengan mempertaruhkan nyawa, para petugas PSC dalam rentang waktu 30 menit harus sampai dilokasi untuk menolong korban ataupun menangani persoalan kesehatan yang masuk melalui Call Center 119 dan itu semuanya gratis,“ ungkapnya.
Selanjutnya, program Taput Bebas Pasung yang merupakan inovasi yang patut disyukuri mendapat apresiasi melalui penghargaan pelayanan publik di Hari Otonomi Daerah kemarin. “Patut kita syukuri, dimana masih banyak masyarakat yang secara fisik terbelenggu pasungan dan rantai karena kekurangan secara mental maupun psikologis,” katanya.
Hal inilah yang membuka matahati Bupati Nikson Nababan, dengan membuat ide, rumah singgah. Dimana, sambungnya, rumah ini merupakan tempat untuk membina mental dan kemandirian penderita, sehingga dalam beberapa bulan mereka mampu mandiri dimasyarakat. “Kita ingin memanusiakan manusia melalui bebas pasung.
Kemudian, deklarasi Taput Stop BABS merupakan kerja keras dan pengabdian ditengah masyarakat, dimana masih banyak masyarakat kita yang belum mempunyai WC. Pada tahun 2014 dan 2015, KLB Diare diwilayah Pahae merupakan dasar pemikiran, Pemerintah Taput bahwa sanitasi masih belum optimal ditengah- tengah masyarakat.
Beberapa UPT dengan bantuan Babinsa TNI serta swadaya masyarakat melalui Arisan Jamban, memjadi salah satu inovasi menjawab semua halangan dalam mewujudkan Taput Bebas BAB Sembarangan.
Program "Horas" Ketuk Pintu Layani dengan Hati, merupakan program inovasi dalam meningkatkan angka kontak dan mengurangi angka rujukan ke Rumah Sakit Umum Tarutung melalui kunjungan rutin tim kesehatan ke setiap rumah penduduk diwilayah kerjanya masing masing.
Bina Lansia, kata Janri, tahun ini tetap berlanjut dengan penambahan anggaran untuk pemberian makanan tambahan. “Setiap tahun dana APBD dikucurkan untuk mendukung program yang hanya Taput secara intens mencurahkan perhatiannya demi peningkatan kualitas hidup lansia, “ katanya.
Dikatakannya, semua program Dinkes Kota dan Kabupaten merupakan program kerja dari Kementerian Kesehatan, namun tidak semua Kabupaten/Kota mengakomodir kegiatan melalui dukungan anggaran APBD.
“Tentunya, program pusat itu menjadi kewenangan kepala daerah untuk menjalankan karena melihat anggaran dan tidak serta merta dilaksanakan. Bisa saja kepala daerah memfokuskan sektor lainnya dan juga tidak didukung APBDnya,“ katanya.
Selanjutnya, Janri memberikan pemahaman, semua daerah punya lansia, adanya juga stop BABS, namun apakah semua daerah mau menampung anggaran khusus program dimaksud dengan porsi yang cukup di dinasnya.
Pemkab Taput mengakomodir semua kegiatan yang sarat kepentingan masyarakat, mungkin sebelumnya ada anggapan lansia merupakan masyarakat kelas dua, tidak mempunyai kemandirian dan ssetiap saat butuh obat. “Melalui program ini, kita upayakan Lansia Taput yang berjumlah 10.980 an jiwa mampu mandiri dan sehat melalui senam lansia, checkup rutin dan pemberian makanan tambahan dan vitamin, “ katanya.
Untuk mendukung pemerataan Nakes (Tenaga Kesehatan) merupakan cara menjawab keluhan masyarakat tentang belum meratanya Nakes di beberapa tempat khususnya daerah terpencil dan sangat terpencil.
Untuk menghargai pengabdiannya cara yang dilakukan meningkatkan insentif dari 100-150 persen dari gaji pokok, membuka lapangan kerja baru melalui TKS (tenaga kerja sukarela ) dengan memberikan insentif sebesar 550 000-600 000 untuk Nakes paramedis dan non medis.
Akreditasi Puskesmas sarana meningkatkan standar dan mutu layanan, pengobatan gratis hingga ke pelosok kabupaten, Rumah Tunggu Kelahiran merupakan bentuk program menurunkan angka kematian ibu dan bayi dengan memberikan rumah tunggu sebagai sarana awal mendeteksi dan persiapan rujukan (pra hospital) apabila puskesmas tidak mampu menolong persalinan, pemberian Jaminan Kesehatan Daerah yang sudah mengcover 27 ribu jiwa.
“Dengan cara Senyum, Salam dan Sapa sangat mampu diterima masyarakat dan Dinas Kesehatan tetap berupaya mensukseskan program Pemkab Taput, dengan melakukan peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Itulah arti hadirnya pemerintah mendengar, melayani dan mengayomi masyarakatnya,“ tukasnya. (eki)