Bandara Silangit Internasional Dekatkan Wisatawan ke Danau Toba
TAPUT - Perkembangan pesat Bandar Udara (Bandara) Silangit Internasional, di Desa Parik Sabungan, Siborongborong, Tapanuli Utara dalam kurun dua tahun terakhir, ternyata bukan semata hanya memenuhi kebutuhan transportasi cepat oleh masyarakat dan perantau asal Tapanuli Utara sekitarnya. Melebihi itu, juga mendekatkan wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Danau Toba yang berjarak tak sampai satu jam dari bandara Silangit.
Ketersediaan transportasi cepat melalui Bandara Silangit ini tentunya sangat mendukung terhadap program Pemerintah yang ingin mengembalikan kejayaan pariwisata Danau Toba. Apalagi dengan telah ditetapkannya Danau Toba sebagai salah satu destinasi wisata nasional prioritas.
Jika dulu wisatawan rela menempuh perjalanan panjang untuk berwisata ke Danau Toba, maka kehadiran transportasi cepat melalui Bandara Silangit ini seharusnya dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
Bertambahnya kunjungan ke kawasan Danau Toba ini sepertinya telah terjadi sejak dibukanya rute penerbangan dari Jakarta–Silangit. Begitu juga dengan penerbangan setiap hari dari Medan–Silangit. Dan di penghujung Oktober 2018, maskapai penerbangan Air Asia juga telah membuka rute penerbangan dari Kuala Lumpur ke Silangit.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak Angkasa Pura II selaku pengelola Bandara Silangit Internasional, arus penumpang di Bandara Silangit meningkat drastis sejak 2016 hingga tahun ini.
Untuk 2018 ini, hingga Oktober lalu tercatat ada sebanyak 345 ribu penumpang yang masuk dan keluar dari Bandara Silangit. Sangat berbeda pada 2015, dimana Bandara Silangit belum melayani penerbangan dari dan ke Soekarno Hatta. Jumlah penumpang hanya sebanyak 17.748 jiwa pada tahun tersebut.
Jika diasumsikan, separuh dari jumlah penumpang yang masuk ke Bandara Silangit tersebut berkunjung ke Danau Toba, maka Bandara Silangit telah berkontribusi dalam pencapaian target kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara. Dan dengan perkembangan Bandara Silangit, Tapanuli Utara, kini menjadi pintu gerbang pariwisata Danau Toba.
Berkembangnya Bandara Silangit yang telah ditetapkan menjadi bandara internasional oleh Presiden Joko Widodo pada November tahun lalu, telah melalui proses yang panjang. Pasalnya, sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan pengoperasian Bandara Silangit pada 2005, lalu, pembangunan bandara belum mampu meningkatkan jumlah penumpang untuk datang dan pergi melalaui bandara tersebut.
Bahkan meskipun beberapa Pemerintah daerah kawasan Danau Toba bergotong-royong memberikan subsidi untuk maskapi penerbangan agar membuka rute, arus penumpang tetap sepi.
Melihat fakta itu, tepatnya pada Juni 2015, pihak Angkasa Pura II sempat mewacanakan untuk mengembalikan pengelolaan bandara ke pihak Kementerian Perhubungan. Alasannya, AP II merugi di Bandara Silangit.
Beruntung, Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan protes dengan wacana tersebut. Ia berpikir, jika sempat Bandara Silangit dikembalikan ke Kementerian Perhubungan, maka pengembangan bandara Silangit akan berjalan lambat. Otomatis, impiannya Bandara Silangit yang akan menjadi pintu gerbang wisatawan domestik dan mancanegara ke Tapanuli serta kebutuhan masyarakat dan perantau akan moda transportasi cepat akan sulit dipenuhi.
“Wacana mengembalikan Bandara Silangit ke Kemenhub perlu ditinjau ulang. Hasil survei menyebutkan, Bandara Silangit akan berkembang jika ada maskapai yang membuka rute penerbangan dari Jakarta ke Silangit dan sebaliknya. Dan sebagai Badan Usaha Milik Negara, AP II tidak mutlak hanya memikirkan keuntungan sebagaimana perusahaan swasta. Tapi juga harus memikirkan pelayanan publik memenuhi kebutuhan masyarakat akan moda transportasi yang cepat,” begitu rekasi keras Nikson Nababan saat itu.
Melalui beberapa komunikasi ke Kementerian Perhubungan, Direktur Utama Angkasa Pura II dan sejumlah politisi di Senayan, beberapa bulan setelah itu, Bupati Taput Nikson Nababan, Dirut AP II dan sejumlah anggota DPR RI Komisi V pun akhirnya melakukan pertemuan di Hotel Sentosa, Muara sekitar Agustus 2015.
Di kesempatan tersebut, Dirut AP II mengevaluasi pernyataannya dan berjanji akan mengembangkan Bandara Silangit dengan memperpanjang dan pelebaran runway dan juga perbaikan terminal Bandara Silangit. Tidak hanya itu, Dirut AP II juga menyatakan akan menjalin komunikasi dengan pihak maskapai untuk membuka rute penerbangan dari Jakarta-Silangit ke Jakarta dan sebaliknya serta rute penerbangan lainnya.
Persoalan Belum Selesai
Meski bersedia untuk membuka rute penerbangan Jakarta–Silangit, namun pihak Garuda Indonesia Airways memberi persyaratan. Yang pertama, meminta Pemkab Taput untuk meratakan tebing yang berada di ujung runway.
Pihak Garuda beralasan, reputasi baik Maskapai Garuda Indonesia Airways di dunia penerbangan internasional membuat Garuda menetapkan standard keselamatan penerbangan yang cukup tinggi. Garuda tidak mau mengambil resiko, jika sampai terjadi kecelakaan penerbangan yang diakibatkan tebing akan mencoreng nama baik Garuda di dunia penerbangan internasional.
Bupati Nikson pun berterima. Ia menurunkan dan bahkan meminjam alat berat jenis escavator dari Pemkab tetangga dan pengusaha swasta untuk menyanggupi permintaan Garuda tersebut.
Cukupkah dengan itu? Belum. Garuda tidak mau berspekulasi terbang ke Silangit tanpa adanya jaminan penumpang. Garuda meminta Pemkab Taput menjamin ketersediaan 40 persen dari sebanyak 96 seat kursi pesawat Garuda jenis Bombardir CRJ-100 yang akan diterbangkan ke Silangit.
Lagi-lagi Nikson memikirkan cara untuk merealisasikanya. Pemerintah daerah tetangga seperti Humbahas, Tobasa dan Samosir diajak untuk bergotong-royong menampung subsidi ke Garuda tersebut.
Bupati Nikson sepertinya berpikir, dibukanya rute penerbangan Jakarta–Silangit tentunya juga berdampak ke daerah sekitarnya. Namun sayang, Pemkab tetangga tidak bersedia kalau harus mensubsidi jika penerbangan Garuda sepi penumpang.
Di fase ini, Bupati Nikson berani mengambil risiko meneken nota kesepahaman dengan Garuda yang berisi akan mensubsidi tiket Garuda jika penumpang sepi. Penekenan Mou yang dilaksanakan pada Maret membuat Nikson harus menyampaikan permohonan Ijin Prinsip ke DPRD Taput untuk mendahulukan angaran menyiapkan subsidi tersebut sebelum ditampungnya anggaran itu pada Perubahan–APBD 2016.
Lalu, pada 22 Maret 2016, pesawat Garuda akhirnya mendarat mulus di bandara udara. Ikut hadir pada acara penerbangan itu Direktur Utama AP II Budi Karya, Direktur Utama Garuda Indonesia, Gubernur Sumut dan sejumlah petinggi Kementerian Perhubungan, petinggi Kementerian Pariwisata, Pemimpin Redaksi media nasional dan penumpang reguler.
Seperti yang sudah disampaikan Bupati Taput Nikson Nababan, penerbangan Garuda dari Jakarta-Silangit dan sebaliknya ternyata ramai oleh penumpang. Pemkab Taput pun akhirnya tak harus mengeluarkan dana subsidi. Bahkan setelah itu, maskapai Sriwijaya juga ikut membuka rute Jakarta–Silangit. Menyusul kemudian Citi Link yang membuka rute baru Halim Perdanakusuma, Jakarta- Silangit. Terakhir, Batik Air ikut menyusul terbang ke bandara yang berada di pinggir Danau Toba tersebut.
Menjadikan Bandara Silangit yang tadinya ‘mati suri’ hingga kemudian menjadi pintu gerbang pariwisata Danau Toba adalah buah perjuangan Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan dan sinergitasnya dengan Pemerintah Pusat.
Kedepannya, Pemerintah Daerah Tapanuli Utara dan juga Pemerintah Daerah lainnya yang berada di kawasan Danau Toba, harus lebih serius untuk membuat upaya dalam mendatangkan wisatawan ke Danau Toba.
Sejumlah kegiatan–kegiatan seperti perlombaan berskala nasional maupun internasional di kawasan Danau Toba harus lebih digalakkan sebagai salah satu upaya untuk mendongkrak kunjungan wisatawan. Hal itu sangat diperlukan, sehingga penerbangan–penerbangan internasional ke Bandara Silangit yang membawa wisatawan mancanegara tetap berjalan. (Hengki Lumbantobing)