
Oppung Daud br Harianja saat memberikan kesaksian kisah suara mistis 'tangisan perempuan menangis' di Jembatan Siduadua Sualan. PALAPAPOS/Jes Sihotang
Ada Kisah Mistis Dibalik Peristiwa Longsor Lumpur Jembatan Siduadua
SIMALUNGUN - Ada kisah mistis yang terjadi sebelum longsor lumpur di Jembatan Siduadua. Sebuah suara 'Tangisan Nenek Perempuan Tua' menjadi pertanda sebelum longsor tiba, meski beberapa hari sebelumnya telah terjadi puting beliung di Danau Toba, Parapat dan setelah itu kejadian longsor pun berubah jadi malapetaka.
Op Daud br Harianja menuturkan kepada palapapos.co.id, Kamis (3/1/2019), ada suara tangisan yang didengar dan dialaminya sebelum kejadian longsor di Jembatan Kembar Lombang Sidua Dua Sualan Nagori Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalunhun, Sumut.
Pada Jumat (17/12/2018) malam, kebetulan Op Daud br Harianja belum tidur, dan entah kenapa dirinya terjaga diantara sepinya jalan lintas didalam warung yang baru dibangunnya sekitar dua bulan sebelumnya atau sekitar 50 meter dari Jembatan Siduadua itu.
"Malam itu, saya tiba-tiba mendengar suara tangisan, persisnya suara seorang nenek tua yang mangandung (menangis mendayu-dayu) suaranya datang seolah dari bawah salah satu jembatan kembar yang kini ditimbun longsoran itu," terangnya.
Selanjutnya, ia pun memberanikan diri keluar dari warung, setelah sebelumnya anaknya terlebih dulu memantau sekitar jembatan. Namun, menurutnya, tidak ada orang disana apalagi sampai menangis. "Saya pun menuju ke arah jembatan dan anak saya kusuruh masuk ke dalam warung," kata br Harianja.
Malam semakin gelap, kala itu sekitar pukul 23.00 Wib. Saya mengamati arah suara itu, dan suara tangisan semakin senyap lalu hilang, sayapun berdoa dan memohon agar tidak terjadi sesuatu di jalan lintas jembatan Sibaganding ini.
"Saya buat Demban (daun sirih) dan saya letakkan disana, kemudian saya pulang dan tertidur di warung kita itu. Rupanya firasat itu berkata lain, banjir lumpur datang dipagi hari sekitar pukul 09.00 Wib, padahal suasananya cerah," terangnya.
Banjir pertama itulah yang nyaris menimbun sebuah truk bermuatan bahan jualan kelontong, dan sebuah sepeda motor bermarga Sinaga. "Mereka menjerita dan kami tolong, lalu kami kabari ke Polsek Parapat terkait kejadian tersebut," jelasnya.
Setelah kejadian, longsoran lumpur kerap turun silih berganti dan sudah tiga kali nyaris menimbun pengendara namun tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Dulunya, lokasi di sekitar mata air diatas jembatan ada tempat sesajen untuk 'pamele-melean' (menghormati) penghuni areal itu.
"Kami berkeyakinan 'Namboru kami Boru Sinaga' 7 Sadalanan 3 Sahundulan (7 kawan sejalan dan 3 orang kerab duduk bersama) sering melintasi areal Lobbang Siduadua ini," ungkapnya.
"Dulunya dia ini sering dibuat sesajen dari Kepala Kambing dan diletakkan diatas bebatuan disana. Mungkin itulah yang bisa kami sampaikan dan jikalau ada pihak yang berkenan membuat sesajen itu pasti ada hikmahnya dan mudah-mudahan tidak sampai menimbulkan korban jiwa," tandas Op Daud br Harianja. (jes)